Tuesday, November 07, 2006


SOUQ HUUT

Asyiknya tinggal di Tripoli, disini ada tiga pasar ikan, yang cukup lumayan. Yang ada disamping pelabuhan kecil, dekat Daat el Imaad tower, dimana kantor REPSOL berada, sangat menarik hati. Ikannya betul-betul fresh. Min al yaum, mereka bilang. Maksudnya ikan hasil tangkapan hari ini. Cara penjualannya juga masih tradisional. Tanpa lemari pendingin, dan pada hari bercuaca panas, akan ditaruh bongkahan-bongkahan kecil es batu. Disini sistem jual beli masih pakai tawar menawar. Untuk yang berwajah bule tentu saja dipasang sedikit lebih tinggi, tapi kita yang berwajah asia pun juga sama, kena kenaikan harga. Ke pasar ikan sini, butuh sedikit keahlian nawar dan memilih. Karena tanpa pendingin, dua kali saya pernah dapat ikan yang sudah tidak segar. Papa Ando alergi masuk pasar sini. Sayangnya,disinilah kita akan sering mendapatkan udang kecil. Ditempat lain sulit ditemukan. Setelah membeli ikan, biasanya ada laki-laki yang akan menawarkan jasa membersihkan ikan. Tarif tetapnya saya tidak begitu pasti. Kadang 1 dinar perkilo, kadang 0,5 dinar. Berapapun, asal tidak keterlaluan, biasanya kita akan kasih saja, karena tidak semua memakai jasa mereka, jadi pendapatan mereka tidak besar. Sedang pasar ikan di Souq Jum'ah, dekat rumah tante Ani dulu, sedikit keluar kota, mereka pakai sistem kios lengkap dengan lemari pendingin. Harganya sedikit lebih mahal, tanpa perlu tawar menawar, tapi lebih aman, kalau sudah tidak layak, mereka tidak akan jual ikan tersebut. Bahkan cara membersihkannya pun lebih bagus. Lebih bersih, lebih rapi, dan potongannya seragam. Tempat ini favorit papa Ando. Dulu, sebelum ada kegiatan Jumat di KBRI, kita sering pagi-pagi belanja ke pasar ini. Wah kalau papa Ando yang kepasar ikan, harus diawasi ketat dompetnya, karena mudah tergiur tawaran penjual. Tahu-tahu sampai dirumah, freezer sudah tak muat lagi.
PAsar ikan yang satunya ada di Rasyid. SAya tidak begitu yakin Rasyid itu nama jalan ataukah nama pasar. Sekali saya pernah kesana, berdua dengan mbak Yuni, dengan niatan membeli bebek. Diantar Walid, driver langganan, kami keluar masuk mencari bebek. Ternyata bebek yang ada dijual bercampur dengan binatang-binatang peliharaan, ada ular, anjing, kucing, monyet. Bebek yang kami pilihpun kemudian disembelih. Wah kebayang tidak, kalau ada orang yang milih monyet, bukan bebek, dan kemudian minta disembelih sekalian?
Disebelah kirinya, ternyata ada pasar ikannya, yang dijual dengan cara menaruhnay diatas meja bertumpuk-tumpuk, seperti cara penjualan di pasar prawirotaman, dekat rumah yangti di yogya. Saya tidak tahu persis tentang pasar ikan ini, karena waktu itu saya hanya melihat sekilas saja. Karena pasar Rasyid terletak di area yang pikuk, saya memutuskan sekali saja kesitu dan insya allah tak akan lagi kesitu....


Ikan yang ada di Tripoli cukup beragam Penduduk sini juga suka makan ikan. Ada ikan yang namanya menani, biasanya dipakai untuk kus-kus, kadang mereka juga memakai baby shark, alias bayi hiu. Saya pernah makan siomay yang dibuat dari hiu. Enak juga. Sedang Naila, sehabis makan siomay itu saya beritahu kala dibuat dari bayi hiu, dia segera menangis. Membayangkan yang tidak-tidak mungkin. MAsak sih makan kok ikan hiu....
Tengiri, atau palometa, sangat mahal disini, harganya berkisar 24 an dinar sekilo. Kalau dikali 7500 rupiah, wah wah.... Pempek mau dijual berapa kalau modalnya saja cukup mahal?
Ikan kegemaran papa Ando namanya ikan rape. Kepalanya bisa dibuat sup, badannya untuk digoreng dengan tepung roti. Ikan ini tidak berduri, dan punya dua antena dikepala yang beraliran listrik, berbentuk seperti monster. Orang-orang spanyol sangat gemar ikan ini, karena tidak berduri. Muy bueno para los chiquitos, atau dengan kata lain, bagus untuk anak-anak..... pantas papa Ando suka....

0 Comments:

Post a Comment

<< Home