Friday, November 03, 2006



INIKAH AKHIR CERITA?

Kamis pagi ini pengajian ibu-ibu yang rutin diadakan sejak oktober 2004, agak istimewa. Bertempat di rumah saya, Regatta G-68, dimulai dengan suasana yang sudah agak berbeda, sediihh.... Ceritanya, mulai tahun ajaran sekarang, pemerintah Libya menetapkan hari Sabtu sebagai hari libur nasional. Artinya rekan-rekan mahasiswa, yang bertindak sebagai ustadz pengajian kami, juga akan menikmati hari libur tambahan tiap sabtu. Asyik kan? Nah, tapi ternyata ada efek tidak langsung yang berimbas ke kelangsungan jalannya pengajian ibu-ibu. Karena hari sabtu diliburkan, maka, materi kuliah dipadatkan pada hari-hari lain. Hari kamis yang tadinya hanya 1 jam saja kuliahnya, sekarang berjalan sampai jam 14.00. Wow!!! So????
Itulah, sampai detik inipun masih belum ada solusi. Kalau pengajian dipindah ke hari jum'at, ada beberapa ibu yang tidak dapat menghadirinya, termasuk saya , yang harus menjaga Azul, yang kian laju larinya. Paling-paling saya hanya duduk 10 menit, habis itu putar-putar memngikuti kemana Azul mengayunkan langkahnya. Ada usulan dari pihak ustadz untuk memindahkannya di hari sabtu, atau sore hari. Is it possible? Papa Ando sudah mengijinkan untuk mengaji tiap sabtu pagi, tapi apa benar tega? Bukankah tiap sabtu pagi kita biasanya bikin acara spesial, entah bermalas-malasan bersama, atau jalan-jalan kepantai , ke park, atau makan sarapan di belakang setelah mama menyiapkan nasi goreng.. Aduh , rasanya kok tidak tega. Setelah dulu hari jumat pagi waktu santai tersita oleh kegiatan Jum'at masak sih, suami akan ditinggal untuk hari sabtunya... No..no..gak kena rasanya. kalaupun ada, akan saya ajak suami menghadirinya..he2...memang diijinkan oleh ibu-ibu lain?
Pengajian Kamis pagi, tidak mudah untuk menjaganya, jadi kalaulah akhirnya hilang kok sedih rasanya. Rasanya dari lembaga ini, pengetahuan saya bertambah banyak. Otomatis, insya allah keimanan pun bertambah dengannya. Media ini membuka mata saya, bahwa akhirat sama pentingnya dengan dunia. Dulu, pemahaman ini sering saya dengar. Tapi untuk benar-benar meresapi makna dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari kok masih belum mulusss....
Saya masih ingat ada beberapa pihak yang pernah membenturkannya dengan berbagai aktifitas yang lain, tapi kita masih tegak. Walau jumlah peserta turun naik, tergantung berapa yang ada, itu tetap tidak mengurangi kualitas maupun semangat kita. Sebagai perantau di luar, memang orang akan datang dan pergi. Jadi, kalaupun akhirnya kadang hanya dihadiri 3-4 orang, itu bukan penghalang. Ustadznya tetap semangat menularkan ilmu ke kita.
Sempat pengajian kita memanas, gara-gara tema yang dibahas adalah poligami. Saat itu memang kita sedang membahas tafsir al ahkam. Jadi tafsir tentang hukum-hukum dalam al qur'an. Aduh, itu kan terlalu berat. Mana ada sih istri yang dengan ikhlas merelakan suaminya ke orang lain. Kalaulah ada kisah Saad bin Rabi' yang dipersaudarakan dengan Abdurarrahman bin Auf, menawarkan hartanya, bahkan sampai memperkenankan untuk memilih salah satu istrinya (ouch!!!), maka,level keikhlasan itu belum ada pada diri kami... Tiga kali pertemuan , tak ada titik temu antar para ustadz dan peserta, akhirnya tema itu kita tutup, dan tidak boleh diungkit-ungkit lagi. Ustadz2 yang masih belia, yang belum menjalani kehidupan nyata, masih asyik dengan dunia kampus, masih terpesona dengan teori yang ada. Yang segala sesuatunya serba ideal. Kalau diingat-ingat, para istri rasululllah pun kadang saling merajuk. So, apa sanggup kita atau suami kita yang jauh dari keimanan mereka berbuat adil?? Ups, kok jadi membahas tentang poligami sih?
Oke, setelah itu, ketika pengajian kita benar-benar diisi dengan penekanan peningkatan keimanan, ketakwaan, dan sudah benar-benar menyejukkan jiwa, tiba-tiba ada kabar, bahwa sekarang sedang ada penghalang.... saya rasanya benar-benar kehilangan. Bukan hanya saya tentu saja, seluruh peserta, bahkan para ustadznya. Mudah-mudahan segera muncul jalan keluarnya. Insya Allah, Allah akan menunjukkan jalanNya.. Amien....

0 Comments:

Post a Comment

<< Home