Thursday, November 09, 2006

ADA YANG PERGI LAGI??



Belum hilang ngantuk akibat tidur telat karena jajan baso di Regatta W 274. Eh ada berita kalau Santi dan Murojab akan pulang ke Indonesia, kamis 9 nop ini, bersamaan dengan kepulangan Hany. Murojab akan ikut tes penerimaan karyawan Deplu. Apabila diterima dia harus ikut pendidikan lanjutan, jadi kemungkinan tidak akan balik lagi ke Libya. Apabila gagal dalam tes, maka dia akan balik ke Tripoli sebulan lagi, insya allah. Wah saya dan mbak Defi bingung mendoakannya. Kalau lolos tes, kita yang disini kehilangan dia. Tapi kalau gagal, ah, jangan sampailah, karena itu adalah lompatan karier untuknya. Jadi, doa kita adalah minta diberikan yang terbaik untuknya. Karena, seperti tersebut di qur’an, apa yang kita anggap itu buruk, mungkin sebenarnya itu baik untuk kita. Tapi apa yang kita anggap itu baik, belum tentu itu baik untuk kita. Hanya Allah yang tahu…


Murojab adalah alumni Kuliah Dakwah di Libya. Semasa mahasiswa, kadang-kadang main kerumah kita, bersama-sama Rafiqie, yang kemudian mengajar kita untuk mendalami al-qur’an. Pernah pula beberapa kali bersama-sama dengan Irfan dan Yuni, mereka mengadakan diskusi agama di rumah. Senang mengikutinya. Jadi ingat waktu kuliah dulu, kadang ada pengajian angkatan yang mengarah ke diskusi seperti ini. Santy sendiri sampai hari Rabu kemarin masih tercatat sebagai mahasiswa disitu, kelas persiapan bahasa. Dulu Santy adalah alumni psikologi UMM. Saya sering berdiskusi dengannya tentang apasaja. Dari agama, buku-buku, masakan sampai psikologi anak. Enak berkawan dengannya. Dia juga penulis novel remaja Islami. Nama samarannya Qonita Musa. Biasanya santy kemana-mana dengan Shinta. Kadang orang juga tertukar nama memanggilnya. Kadang kita goda dengan iklan Citra, si kembar Shanty dan shynta.
Malam Rabu kemarin kita sempat kumpul dirumah. Asyik ngobrol, tiba-tiba waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. "Dik, sudah malam, kita pulang yuk."kata Murojab ke Santi. Bapak-bapak memang duduk diluar, sedang saya, mb defi dan santi-sinta ada didalam. Kita semuapun berdiri, eh ternyata habis itu ngobrol lagi..duduk lagi.... Kemudian dua kali Murojab melongok kedalam dari luar.. "Dik..." Eh, bisa tertangkap kamera ternyata...

Ada banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di sini. Kira-kira 70 an.Insya allah akan datang lagi rombongan baru. Enak sekali jadi mahasiswa disini. Sudah gratis SPP, gratis pondokan dan makanan, eh masih diberi uang saku perbulan. Siapa sih yang tidak mau seperti ini? Saya ingat waktu kuliah dulu, harus pintar-pintar mencari uang saku tambahan. Selain uang saku bulanan dari orangtua, sebenarnya masih ada subsidi bulanan dari kakak-kakak yang cukup lumayan. Tapi dasar saya boros, sudah makan pagi dirumah, teman-teman yang kos jajan di kantin bu Gadjah, dekat jurusan kita, eh saya ikutan makan lagi. Herannya kok ya tidak bertambah gemuk.
Kalau ingat bu Gadjah, saya akan ingat triknya Om Budi yang sekarang sudah disini, makan nasi pecel, minta kuah gulai yang banyak. "Mbak tambah kuah gulainya dong!", mbak pramusaji yang sayang pada om budi pun menambahkan kuah gule ke piring dengan senyum. kita?jangankan minta tambah, minta dicepetin pelayanannya pun sudah dicemberutin! kadang-kadang dari kuah ada yang daging yang terikut, wah happy deh. Jadi tak perlu lagi lauk tambahan. Saat itu , kira-kira tahun 1988-1993 harga perporsinya Rp 250,00-Rp 400,00.
Dulu saya sempat ngelesi anak-anak SMA. Les kimia, matematika ataupun fisika. Honor tambahan yang didapat bisa untuk beli kaset, beli pernik-pernik dsb. Kalau uang bensin dan fotokopi, ya minta orangtua dong….
Kalau Papa Ando, waktu kuliah dulu cukup kaya raya untuk ukuran mahasiswa. Karena honor yang didapat dari ngajar bahasa Inggris di LIA cukup lumayan. Guru yang lain benar-benar mencari nafkah disitu, dia hanya kegiatan ekstra saja. Memang sih, sibuknya luarbiasa. Paling saya ketemu dengannya di weekend saja. Itupun datang dengan ransel besar, isinya setumpuk kerjaan atau tugas kampus. Jadi, apel malam minggu biasanya diisi dengan bikin lesson plan mengajar, mengoreksi pekerjaan siswa. Bahkan waktu bertugas sebagai asisten lab, harus mengoreksi hasil praktikum mahasiswa angkatan dibawahnya. Untunglah dulu sangat sibuk. Jadi kegiatan kita cukup positif. Selain itu, papa Ando juga dapat beasiswa mobil Oil yang cukup besar. Saat itu, papa Ando sudah mampu memberi uang saku tambahan untuk adik-adiknya. Sebagai pacarnya, tentu saja saya kecipratan rejeki ini. Kalau nonton film, papa Ando yang gengsian, selalu memaksa untuk membayar tiket masuk dan beli susu ultra coklat favorit kita. Demikian juga kalau pergi kerestoran, dipaksanya saya untuk selalu menerima traktirannya. Tentu saja saya tak mau langsung menerima. Kan gengsi juga dong….Lalu apa jatah saya? mbayar tiket parkir!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home