Saturday, November 11, 2006

MAAFKAN MAMA YA DIK.....

Mulanya hanya satu bintik saja. Yang berisi cairan bening disekitar "nenen..", sebutan Azul untuk daerah kemaluan. Entah kenapa kok bisa jadi bernama nenen, karena dulu kata nenen dipakainya kalau mau minta asi. Saya masih belum begitu ngeh, karena suhu badan Azul normal-normal saja. Sempat sih agak hangat, tutur ayahnya, yang beberapa hari belakangan memang tidur dengan Azul. Memang kedua "boys" ini sedang kompak. Kemana-mana berdua. Bahkan kalau malam hari, langsung saja Azul menuju kamar tidur belakang sambil menggandeng ayahnya. Dan herannya, semalam suntuk dia bisa tertidur pulas dipelukan papa Ando. Kalau tidur dengan saya dan Naila, pasti sekali dua kali terbangun minta minum atau nangis saja. Paginya saya perhatikan lagi tubuhnya,... lho kok lama-lama jadi banyak. Jangan-jangan....
Yup, ketika ke Medilink, klinik keluarga yang berpusat di Perancis, dokternya meyakinkan kita kalau Azul terserang varicela alias chicken pox, alias cacar air. Orang jawa bilang cangkrangan. Kaki saya langsung lemas, ingat kalau ini semua kesalahan saya. LAgi-lagi sebuah keteledoran. Jadwal Azul untuk mendapatkan vaksin varicela sebenarnya sudah sejak bulan April lalu. Tapi karena tak ada persediaan baru sekitar Juni vaksin itu bisa didatangkan dari Malta. Tapi ketika kita ke Medilink untuk vaksinasi, suhu tubuh Azul 37,8 derajat untuk suhu telinga. Suhu telinga 0,5 derajat lebih tinggi dari suhu tubuh, jadi kira-kira 37,3. Dokter menyarankan untuk kembali 3 hari lagi. Ketika suhu benar-benar aman untuk menerima suntikan kuman yang dilemahkan tersebut. Tapi ternyata hari-hari berikutnya Azul pilek. Saya ganti yang tidak berani. Jadilah jadwal vaksin pun tertunda lama, karena kami kemudian mudik ke Indonesia dan disana, anak-anak bergantian sakit. Praktis hal itu sempat terlupakan karena kami mudik ke Indonesia dua kali, dalam dua bulan, karena kakek wafat.
Dan kini, semua sudah terlambat. Tak ada yang perlu disesali. Yang harus saya lakukan adalah merawat bintik-bintik yang ada di tubuh Azul, agar tidak menjadi infeksi, serta mengkarantinanya agar tidak menular ke orang lain. Daerah terparah memang sekitar kemaluan, karena tertutup diapers. Tetapi disekitar muka dan lengan tampak bersih. Dokter hanya memberi obat alergi untuk mengurangi gatal dan cairan antiseptik untuk merawat luka pecahan bintikan tersebut agar tidak berkembang jadi infeksi yang parah. Karena bekas luka yang terinfeksi akan menyebabkan bekas luka yang bsia terbawa sampai dewasa. Kasihan juga Azul, kalau Naila dan papa Ando mau pergi keluar, dia buru-buru mangambil sepatu karena ingin ikut juga. Jadilah berbagai cara dilakukan untuk menghiburnya. Apalagi minggu ini dia harus istirahat dirumah dulu, tidak pergi ke playgroup. Papa Ando dan mbak La pun membelikan es krim untuk adik Azul. Mbak La, yang biasanya kebagian menghabiskan sisa es krim adik, kini harus gigit jari...ternyata sekarang satu es krim sudah bisa dilahapnya sampai habis!
Serangan cacar air ini mengingatkan saya bahwa saat ini jadwal perulangan bermacam-macam vaksin untuk Naila. Belum-belum saya sudah pesimis duluan. Tidak mudah membawa Naila ke dokter. Apalagi untuk menerima vaksin. Naila sudah trauma dengan dokter karena dari kecil sudah kenyang dengan treatmen dan periksa lab gara-gara tidak mau makan sampai usia dua tahun dan problema susah buang air besar. Dulu Naila juga sempat punya kolesterol yang tinggi, sampai angka 435. Satuannya saya lupa. Tiba-tiba saja sekarang angka kolesterol itu normal. Tapi saya tetap tak boleh lengah. Telur kesukaannya harus dibatasi. Entah kenapa dirumah kami, telur adalah makanan favorit. Papa Ando juga harus diawasi kalau sedang ada acara makan-makan dan ada menu telurnya. Kadang-kadang suka sembunyi-sembunyi mengambil lebih dari satu....
Bicara tentang cacar air, saya teringat ini adalah penyakit yang menyambut kita pada-pada minggu pertama kepindahan di Libya, menyerang papa Ando. Naila sendiri sudah divaksin, dan saya, tampaknya juga sudah pernah terkena serangan ini, karena saat itu saya aman-aman saja tidak tertular. Saat itu ada kunjungan Megawati yang menjabat sebagai presiden Indonesia ke Libya. Jadi kita tidak ikut terlibat dalam hiruk pikuk menyambutnya, karena toh suami harus dikarantina. Saya sendiri tanpa kehadiran suami disana, malas rasanya ikut terlibat. Dan saya pikir ini saatnya suami membutuhkan kehadiran kita, untuk menemaninya dan merawatnya. Saya bandingkan dengan yang dipunyai Azul, bintik-bintik pada kulit papa Ando saat itu lebih besar, bahkan ada yang membekas sampai sekarang. Memang menurut referensi, kalau menyerang pada orang dewasa, akan lebih parah. Bahkan bisa terkena komplikasi.
Penyakit cacar air pernah pula menyerang teman-teman di kampus saya, Teknik Kimia UGM, tahun 1991. Saat itu kami sedang bepergian dalam rangka kuliah kerja ke Palembang, naik bus. Kami mengunjungi pabrik pupuk Sriwijaya, juga beberapa pabrik lainnya. Mampir pula kami di Lampung ke pengalengan nanas dan pabrik semen. Daya tahan tubuh yang lemah karena badan capai, membuat virus penyakit ini mudah menyerang. Penderita pertama adalah Anton, si kacamata. Dia terpaksa harus tinggal di Palembang dulu sampai kondisi tubuh membaik dan pulang ke yogya naik pesawat. Alumni di Pusri yang membiayainya. Ternyata ketika kita sudah pulang dan beraktifitas normal lagi di kampus, bergantian jatuh korban. Diimulai oleh Rini, dan diakhiri oleh Zumrodah yang komplikasi serangannya cukup parah, karena sampai menyerang organ hati dan sampai di opname di rumah sakit. Secara bergurau, kami membuat nomor C-1 untuk korban cacar air pertama, dan angka berakhir di C-12 untuk Zumrodah. Ini adalah kenangan getir yang tidak akan terlupakan, tiap hari kami penasaran siapa saja yang akan jatuh sebagai korban selanjutnya....
Ketika seseorang sudah terkena cacar air, maka kekebalan yang akan didapatkan adalah kekebalan seumur hidup. Tetapi bila belum terkena posisinya belum aman. Akan tetapi, adalah salah, kalau ada pendapat berdekat-dekat dengan penderita agar terkena dan untuk selanjutnya aman dari penyakit itu, karena saat ini sudah ada vaksin untuk mencegahnya. Makanya kajian qur'an kami yang sedianya akan dimulai sabtu ini, terpaksa diundur karena om Choirin sang pengajar belum yakin apakah pernah terkena atau belum. Begitu juga Om Arfan, mahasiswa kuliah Dakwah Libya, yang akan berkunjung kerumah Jumat kemarin, juga kami yakinkan dulu, pernah terkena atau belum. Katanya sih sewaktu kecil pernah terkena cacar, tapi kurang yakin jenisnya. "Entah cacar air, udara, ataukah tanah...."guraunya. Sehubungan ada hadits yang melarang untuk mendatangi daerah yang sedang ada wabah, maka si om yang berusaha menjalankan agama sesuai dengan tuntunan qur'an dan hadits inipun mengurungkan niatnya......

**********************************************

Berikut ada artikel dari tabloid nakita tentang cacar air, edisi nomor 392 tahun ke VIII.


BILA SI KECIL TERKENA CACAR AIR
Memang bisa sembuh sendiri, tapi sebaiknya orang tua tetap waspada. Adakah upaya menghindarinya ?
"Aduh, anakku kena cacar air, nih. Yang aku takutkan, nanti akan ada bekasnya. Anakku, kan, perempuan," ujar Ibu Ida panik. Kepanikan serupa mungkin pernah juga dialami oleh Anda di rumah saat si kecil terkena cacar air.
Menurut Dr. Tb. Rahmat Sentika, SpA, MARS, cacar air atau chicken pox adalah infeksi virus yang biasanya menyerang anak-anak. Virus ini menyerang kulit dengan membentuk lesi (luka) yang berisi cairan (serous).
Infeksi virus ini biasanya menyerang anak berusia 9 bulan ke atas. "Pada beberapa kasus, cacar air juga bisa menyerang orang-orang dewasa. Tetapi, makin dewasa biasanya makin berkurang." Bayi berusia di bawah 6 bulan jarang terkena penyakit cacar air, karena masih memiliki kekebalan dari ibunya. "Nah, pada usia 8-9 bulan, bayi tidak lagi memiliki kekebalan dari ibunya," lanjut Rahmat.
Penyebab cacar air adalah virus varicella. "Pada cacar biasa virusnya bernama Variola. Cacar variola lebih berat daripada cacar air. Pada cacar variola, lukanya berisi nanah, sedangkan pada cacar air, lukanya berisi cairan," ujar dokter anak dari Klinik Medika Bayuadji, Jakarta ini. Penyakit ini ditularkan melalui udara dan sampai saat ini masih sering menjadi wabah di beberapa tempat dan belum bisa dihapus.
Penyakit cacar air merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Penderita cacar air akan menjadi sumber penularan bagi orang-orang di sekitarnya. Cara penularan cacar air bisa melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara. Karena itu, penderita sebaiknya dipisahkan dari orang-orang di sekitarnya, khususnya anak-anak. "Karena anak-anak akan lebih cepat tertular. Orang dewasa memang jarang terkena cacar air, tetapi begitu kena biasanya akan lebih berat daripada jika yang terkena anak kecil. Pasalnya, daya tahan tubuh orang dewasa sudah semakin berkurang," lanjut Rahmat.
INFEKSI SEKUNDER
Gejala cacar air antara lain panas tinggi yang berlangsung sekitar 3 hari sampai satu minggu. Kemudian, setelah panas turun, muncul bintik-bintik yang dimulai dari daerah sekitar dada dan kemudian menyebar ke lengan dan kaki. "Gejala lainnya adalah gatal pada bagian kulit yang luka," lanjut Rahmat.
Biasanya, pada cacar air juga akan terjadi infeksi sekunder, karena pecahnya lesi (luka) di kulit yang kemudian terkena infeksi bakteri. "Akibatnya, kulit jadi sering rusak," ujar Rahmat. Cairan atau serous di dalam luka si penderita sifatnya infectious (menular), sehingga jika luka pecah, akibatnya akan menyebar ke bagian lain dari kulit. "Akibatnya, hampir seluruh bagian tubuh pun akan terkena. Biasanya yang paling sering terkena adalah kulit di sekitar punggung lengan, karena kulit di bagian ini lebih tipis," ujar Rahmat.
Timbulnya infeksi sekunder juga akan membuat panas tubuh penderita enggak turun-turun. "Seolah-olah panasnya menetap, meski tidak terlalu tinggi dan tidak sampai normal. Ini biasanya berlangsung sekitar satu minggu," lanjut Rahmat. Baru setelah itu, pada minggu kedua, akan terjadi masa penyembuhan. "Sebetulnya penyakit cacar air termasuk penyakit yang bisa sembuh sendiri (self limiting disease). Jadi, nggak diobati pun akan sembuh sendiri," ujar Rahmat.
Kemudian, karena disertai dengan radang tenggorokan atau infeksi saluran pernapasan, maka penderita perlu juga waspada pada kemungkinan terkena radang paru-paru (pneumonia). "Karena terjadi infeksi sekunder, maka perlu juga diperhatikan kemungkinan terjadinya infeksi meluas," ujar Rahmat.
Meski bukan termasuk penyakit berat, tetapi perlu juga diwaspadai kemungkinan cacar air timbul di bagian tubuh yang berselaput lendir, misalnya di tenggorokan atau mata. "Tetapi ini jarang terjadi," lanjut Rahmat.
SERING MANDI
Menurut Rahmat, sampai saat ini belum terdapat obat-obat antivirus yang efektif untuk mengurangi atau menyembuhkan penyakit ini. Walaupun demikian, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi penderita cacar air. Antara lain, jika masih terdapat luka berisi cairan (serous), sebaiknya jangan dipecahkan. "Kalaupun sudah pecah, sebaiknya hindarkan jangan sampai terjadi infeksi sekunder," ujarnya.
Rahmat juga menganjurkan supaya penderita sering-sering mandi. "Banyak orang yang keliru, justru melarang anaknya yang terkena cacar air mandi." Padahal, lanjut Rahmat, "Dengan mandi, tubuh akan menjadi bersih dan mencegah timbulnya infeksi kuman yang masuk melalui luka. Kalau perlu, mandi 4-5 kali sehari dengan menggunakan sabun antiseptik. Selain itu, mandi juga akan mengurangi gatal," ujar Rahmat. Yang perlu diperhatikan adalah berhati-hati saat mandi supaya pada bagian yang luka tidak sampai pecah. "Karena itu, pada bagian-bagian yang terkena sebaiknya jangan digosok keras-keras," lanjut Rahmat.
Karena infeksi sekunder tak bisa dihindari, maka penderita sebaiknya juga diberi obat-obat antibiotik. "Bahaya infeksi sekunder adalah munculnya bekas pada kulit seperti bopeng-bopeng. Pada cacar biasa, bopeng ini akan lama hilang dan bahkan tak bisa hilang. Tetapi pada cacar air, bopeng ini akan hilang, tergantung seberapa lesi-nya," lanjut Rahmat.
Penderita sebaiknya juga diberikan antivirus yang kini sudah banyak tersedia. "Meski efektifitasnya masih sering diragukan, tetapi kebanyakan dokter akan memberikan obat-obat antivirus ini." Malah, sekarang antibiotik atau antivirus ini ada yang sifatnya topikal atau langsung diberikan berupa salep. "Sehabis mandi, kulit yang sehat diberi bedak cair, sementara pada kulit yang luka diberi salep tadi."
IMUNISASI
Pada umumnya, lanjut Rahmat, karena sifat penyakit ini yang self limiting disease, "Maka yang terutama harus diperhatikan adalah meningkatkan kemampuan tubuh untuk membentuk sistem kekebalan."
Biasanya, penderita yang sudah terkena cacar air akan membentuk sistem kekebalan sehingga tidak akan kembali terkena cacar air. Dulu, muncul pengetahuan yang salah di kalangan masyarakat. "Katanya, kalau ada penderita yang terkena cacar air, deketin saja sehingga ia juga akan terkena. Kalau sudah kena, kan, jadi kebal. Cara ini sebetulnya nggak perlu dan justru berbahaya," tuturnya lagi.
Mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori dan protein serta istirahat yang cukup juga akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh penderita. "Kalau perlu berikan beberapa vitamin dan buah-buahan segar. Dengan cara-cara ini, maka lamanya penyakit akan bisa diperpendek. Kalau biasanya berlangsung dua minggu, maka dengan cara ini mungkin hanya 4 hari," ujar Rahmat.
Untuk mencegah kemungkinan terkena atau tertular cacar air, bisa diberikan imunisasi Varilrix. "Imunisasi sebaiknya diberikan pada usia 9 bulan ke atas, karena pada usia ini bayi sudah tak lagi memiliki kekebalan tubuh dari ibunya. Dan imunisasi ini biasanya diberikan setelah program imunisasi dasar lain diberikan, misalnya imunisasi campak," ujar Rahmat.
Sayang, biaya untuk imunisasi Varilrix cukup mahal, yakni sekitar Rp 300 ribu. "Sehingga hanya orang tertentu saja yang bisa membayar imunisasi Varilrix," lanjut Rahmat. Yang penting, saran Rahmat, makan cukup makanan bergizi serta banyak istirahat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. "Ini merupakan pencegahan yang terbaik."

Hasto Prianggoro . Foto : Iman Dharma (nakita)
PERTOLONGAN YANG DILAKUKAN
Apa yang harus Anda lakukan ketika anak Anda terkena cacar air? Dr. Miriam Stoppard dalam bukunya Perawatan Bayi dan Anak menganjurkan beberapa hal, di antaranya:
* Segera ke dokter
Tujuannya untuk memastikan anak Anda menderita cacar air atau bukan. Segera berobat jika timbul kemerahan dan bengkak pada bintik-bintik yang menunjukkan terjadinya infeksi, atau bintik-bintik terus menerus digaruk. Selain itu, segera berobat jika anak demam atau sakit kepala sewaktu bintik-bintik sudah menyebar ke seluruh tubuh dan keadaan anak mulai membaik.
* Olesi losion
Untuk mengurangi rasa gatal yang dirasakan penderita, Anda bisa mengatasinya dengan mengoleskan losion kalamin pada bintik-bintik atau memberi kompres hangat dengan larutan soda atau bikarbonat.
* Sering ganti popok
Jika si kecil masih memakai popok, popok harus sering diganti. Atau jika mungkin, jangan gunakan popok dulu supaya bintik-bintik cepat kering.
* Gunting kuku
Kuku sebaiknya juga dipotong pendek dan larang anak supaya jangan menggaruk.
* Isolasi
Yang juga harus dilakukan adalah sedapat mungkin menjauhkan penderita dari anak lain. Kalau perlu, larang ke sekolah dulu sebelum semua bekasnya hilang.
Hasto

0 Comments:

Post a Comment

<< Home