Saturday, July 01, 2023

Notting Hill

Notting Hill 


She maybe the face I can't forget

A trace of pleasure or regret

May be my treasure or the price I have to pay

She may be the song that summer sings

May be the chill that autumn brings

May be a hundred different things

Within the measure of a day.


Meanwhile walked, I hummed, tried to remember the lyric of the theme song Notting Hill movie, one of my favorite movie that casted by Hugh Grant.

It needs 24 minutes to walk from our apart hotel in Hyde Park area, about, 2 km, to go to The Notting Hill bookshop. Actually you can also take a tube from Queensway, and stop in Notting Hill gate, and only need 13 minutes to walk, but I prefer to walk. I have setting a step goal to reach every day. 

It was 08.10 his morning, windy and cold for beginning of July. The street was empty. Maybe people prefer to be relaxed in the warmth of their bed after worked hard during the weekdays. 

There were also few people that doing sport, jogging or only walked with the dog. We passed by with securities one of them gave me a big smile, and warm greeting.

Last night there was a music performance of Guns n roses in the Hyde Park, near our appointment, and the station nearby was closed. But we couldn't noticed any thing. There was no trash left in the street. There was no billboard like what we usually find in our lovely city, Yogya. Everything was normal. 

Today is our last day in London, and I wanted to visit the Notting Hill book shop, where some of the scene was taken. I love that movie, and watched several times. I love reading book, and that small, cute bookshop that was in movie, is really interesting for me. 

With helped of Google map, we almost there, when suddenly we stopped since the direction was confusing. It's not easy to use Google map while walking. It is totally different with the situation when we are driving. Some times the arrow just turn around, and we will realize that was wrong when we have walked about 50-100 meters. 

"Are you lost, can I help you?" Luckily there was a half midlle age lady that walked with a dog offered help. Yes, sure. Why not? From her we knew where the book shop was. Even she showed us, the building where the scene of press conference was taken, that was just in our left. 

And... Here you are. I was there. Standing in front of the book shop. 

It was just opened. The two young beautiful ladies that worked there still arranged some books on the outside windows and cleaned the floor. After waiting for a while, I came inside. Enjoying their collection. My husband was waiting in café beside, enjoying some acai juice, fruit typical from Brazil. 

They have some interesting book, and the arrangement is also interesting. There were books that was sold inside the wrapping paper. They wrote "Blindate with a book" in a small wooden plate behind. So, you buy a book, without know what is the title. I don't know how it works, and even I couldn't imagine who will buy a book without knowing what is inside. 

In the other shelf, there was one section, about the book recommendations from the owner/the staff. They write what is the title, the summary and why they recommend that book. 

Also there is a shelf that has souvenir about the movies. Postcard of Julia Robert and Hugh Grant's, the book shop or some notebooks. 

I spent some of the times, interested with some title of books or novels, but of course I had to hold me back. I couldn't buy anything. I don't have enough place in my luggage, since it will be full of my daughter's stuff. She even has to give some of her stuff away, including her books. 

And after my husband finishing his second cup of acai with the topping of banana and granola, I decided it was time to go. The shop was full already with visitors. There was a young couple Indonesia, I noticed from the language that they spoke. They were busy selected and discussed books, so I think it's not wise to interrupt just to say hello. I left with a hope some day I can come back there again, with an empty luggage, and pocket full of money (now, of course with the card full of cash) . 

On the way back to hotel, I remember one quote from the movie, when Anna Scott (Julia Robert's) , the famous actress asked to William Thacker (Hugh Grant), owner of that small bookshop to love her. 

"I am just a girl standing in front of a boy, asking him to love her."







Monday, December 25, 2006

LIBUR TLAH TIBA, HATIKU GEMBIRA!!!


Lagu Thasya, mendadak populer lagi dirumah. Libur tlah tiba..libur tlah tiba..hatiku gembira....
Insya Allah, Rabu 27 Desember nanti, kami sekeluarga akan mudik lebaran haji. Pulang kampung, rutinitas tengah tahunan yang dinanti-nanti. walau empat bulan yang lalu kami pulang karena musibah kakek meninggal, tapi rasanya sudah berbulan-bulan meninggalkan kampung halaman. Rindu kami pada gelak tawa saat berkumpul dengan sanak familli, membuat hati ini tak sabar menunggu hari. Waktu liburan pun cukup pendek, 17 hari saja. Tapi jadwal acara sungguh padat. Mama Atik, sengaja bikin pengumuman, mencari teman2 yang mudik saat itu juga...alhasil sudah tersusun acara reuni kecil-kecilan. kangen-kangenan dengan teman lama. (ehm..ada pesanan nih dari sang ustadz..please, jangan sampai menelantarkan suami dan anak-anak lho, senang-senang kumpul dengan teman...eh..enggak lah.....insya allah).Papa Ando sendiri juga sudah janjian untuk jajan bakmi jawa dengan Om Puji yang datang dari Madrid dan Pak Yan. Mungkin Om Budi ikutan gabung. Kan dia baru berangkat dari Yogya tanggal 29 Desember. Budhe Tiwi saat ini barusaja sampai di Yogya sekeluarga. Rencananya sekalian mau mengurus pendaftaran S-3 dengan Om Rusdi. Kalau semua sudah di Yogya kan, pendidikan anak-anak akan jauh lebih baik. Yang senang tentu saja yangti dan yangkung, karena anaknya ada didekatnya.... Wah, sayang mama Atik lupa gak pesan minta kiriman pempek kering. kan lumayan bisa dibawa ke libya.
Acara rutin pulang mudik, selain silaturahmi tentunya, adalah mengisi perbekalan bahan makanan, agar bisa survive hidup di rantau. Biasanya ada tempe sekitar 25 bungkus, yang akan dibawa, camilan kering, mulai dari kacang atom, marning jagung sampai bahan mentah emping, krupuk dsb. Belum bumbu-bumbu dan tepung-tepungan... Untuk urusan perut, bisa sampai satu setengah koper sendiri.
Selain itu, tentu saja ada ritual cuci mata dan cuci dompet...eh nipisin dompet, di mall. Tapi yang ini kadang bikin nek, karena tinggal di tripoli, tak ada fasilitas mall, menjadikan diri ini sudah biasa menahan diri gak jalan-jalan di pertokoan... Di tripoli, kalau butuh sesuatu, paling lagsung ke toko yang diinginkan. Tak ada acara jalan-jalan. Habis, gak ada mall sih....
Oh ya, karena kalau mudik kita selalu bareng dengan liburan sekolah, maka biasanya perencanaan liburan kita siapkan sejak lama, kira-kira dua tiga bulan sebelumnya... agar tidak ada masalah dalam urusan tiket...

Bulan Desember ini, karena mau ada rutinintas liburan panjang, biasanya ada banyak gathering. Bisa lunch, bisa dinner. Biasanya tema adalah tutup tahun kalau pun tidak , ya christmas party. Kantor Repsol, Ahad malam 24 Desember, mengadakan dinner Christmas. Kami sempat menghadirinya selama satu setengah jam. Disebabkan Naila sudah tertidur dan mendengkur, kami pin buru-buru pulang. Tidak banyak yang hadir malam itu. Yang terpenting si boss, Ramiro Paez dan keluarga hadir, dan kami sempat bercakap-cakap hangat, dalam tiga bahasa, Bahasa, English dan Castellano. Mereka cukup lumayan dalam berbahasa Indonesia, karena sempat 6 tahun tinggal di Jakarta. Anaknya yang cantik jelita, bercerita banyak tentang kehidupan masa lalu ketika sekolah di Jakarta, Jakarta International School. Kenangan yang sangat indah, katanya. Selain itu, ada seorang Libya, yang fasih berbahasa Spanyol, karena dulu sekolah di Madrid. Sambil bercerita, sesekali ia menengguk wine, dengan nikmatinya. O-O!!!




Sebelumnya, tanggal 15 Desember, Ladies Repsol mengadakan dinner di Corinthia Hotel. Pada acara tersebut diadakan acara tukar menukar hadiah, "something small, and no more LD 30". Begitu batasan hadiahnya. Saya beli deodorant parfum Nina Ricci, dan mendapatkan hadiah dompet wanita Gucci. Ehm... Sedangkan mbak Defi, entah apa yang dibawa, tapi yang didapatkan , something big and heavy. What's that? Wow, set cup of coffee and tea. Wow! Untung ekspresinya bisa tertangkap oleh kamera. Mbak Defi sangat bahagia dengan apa yang didapat, apalagi ternyata itu dari Triana, yang akan segera pindah dari Tripoli. Memang, apapun yang didapat, itu adalah kenang-kenangan manis dari teman-teman, yang mungkin akan sulit kita alami di negara lain. Mungkin ini adalah pesta akhir tahun yang terakhir di Tripoli... tahun depan entah dimana, atau entah.. mungkin kita tak sempat bergabung....


FELA, Far East Asian Ladies Association, mengadakan lunch end of the year di Italian Restaurant. Cukup asyik menunya. Spagheti casera dipadukan dengan udang saus tomat, sungguh menarik. Ada pula yang pakai cream saus, enak, tapi agak nek. Diperut juga terasa berat. Selain itu ada risoto, kalau di Comodoro Rivadavia dulu, saya mengenalnya sebagai arroz mariscos. Tetapi sayang dimasaknya terlalu lembek. Persis masakan saya saja. Starternya enak sekali. Waduh, saya pingin sekali balik kesitu, tapi sampai saat ini kok belum sempat ya....
FELA sendiri, anggotanya sekitar 24 orang. Dari Jepang, Korea, Phillipine, Indonesia, Malaysia, Thailand. Saat itu saya bersebelahan dengan Micky dan Noriko, dari Jepang. Duduk di depan saya, adalah Ibu Adam, alias si tante Nuri, yang paginya barusaja mengalami accident, tangannya masuk kebawah wajan, tanpa sadar. Biasalah, kesibukan pagi hari, kadang membuat kita berbuat teledor. Dari balutannya sih mengerikan sekali, tapi...katanya enggak papa kok...



Obrolan saya dengan Micky dan Noriko, serta Aiko dan tante Nuri, dimulai dari film Korea dan Jepang, kegemaran tante Nuri, merembet kemasalah buku. Wow, ternyata Micky adalah penggemar berat buku. MEreka terkejut sekali ketika saya cerita tentang TOTO CHAN dan MUSHASHI. Juga kami mencocokkan beberapa buku best seller international. Dia pun bercerita tentang sosok Tetsuko, si Toto chan itu, yang sampai sekarang belum menikah, dan merupakan pribadi yang unik. Ketika saya bicara ada beberapa TK di yogya yang masih menerapkan pendidikan ala sekolah Toto Chan, yaitu mengenal alam dll, mereka bilang....well we did the same thing 20 years ago. WOW!!!!

Sunday, December 17, 2006

BELI PARFUM? TAK PERLU KE PARIS


Ada yang bisa dibeli untuk oleh-oleh dari Libya, jika waktunya pulang kampung tiba, parfum! Kebijakan pemerintah, yang menetapkan pajak impor 0%, membuat banyak barang impor jadi terasa lebih murah didapatkan di libya, bahkan dibandingkan dengan harga di negara produsennya. Barang-barang dari Italy, Spanyol, dan Europa lainnya bisa didapatkan dengan harga yang lebih murah daripada dibeli langsung di Europa. Fransisca, teman saya asal dari Indonesia, yang menikah dengan bule dari Italy, selalu belanja baju dan sepatu produk Italy di Libya, karena menurutnya, tidak akan mampu membelinya disana.

Dulu, biasanya kami berbelanja parfum di duty free airport, atau di pesawat kalau tidak berkesempatan membeli di dutyfree. Membeli di dutyfree sebenarnya lebih nyaman. Selain pilihan lebih banyak, kita juga bisa mencoba tester parfum-parfum yang barusaja diluncurkan. Tentu saja, akhirnya pilihan akan lebih mantap. Tetapi, saat ini, kami sudah mengalihkan pusat belanja parfum di daerah sekitar jalan first september, yang konon harganya paling miring diantara toko-toko di tripoli. Selain di First september, gerai-gerai parfum akan mudah ditemukan disepanjang jalan Gargaresh. Lokasi jalan gargaresh, ada di depan kompleks perumahan regata, memanjang beberapa kilometer, dengan toko-toko beraneka ragam, dikanan kirinya. Harganya sendiri relatif lebih mahal, karena kata orang pertokoan dijalan ini termasuk pertokoan elite dengan harga yang mencekik leher. Sebagai perbandingan harga, Versace Chrystal yang dibeli papa Ando di Dubai Airport seharga $60 dengan volume 50 ml, bisa dibeli di Tripoli seharga $68 dengan volume 75 ml. Calvin Klein Truth dan Eternity yang klasik, dijual seharga 60 dinar libya, atau setara dengan $46. Harga di duty free airport? Waduh saya sudah lupa berapa tepatnya….
Secara umum, orang arab adalah penggemar berat parfum. Di pesta pernikahan, tamu-tamu yang datang akan disemprot dengan minyak wangi di kedua pergelangan tangannya. Demikian juga dimasjid. Kadang bisa ditemukan, sebelum sholat jamaah dimulai, ada orang yang mengedarkan parfum, untuk disemprotkan. Papa Ando sendiri, yang berangkat ke masjid sudah semerbak mewangi, pulangnya kadang-kadang bertambah wangi.
Aroma wewangian memang menyegarkan. Siapapun pasti suka menciumnya. Tapi awas, hati-hatilah para wanita, karena ada aroma tertentu yang bisa membangkitkan rangsangan lawan jenis. Mungkin karena alasan inilah, sebenarnya dalam Islam para wanita dilarang untuk memakai wewangian kalau pergi ke masjid. Kalau untuk tujuan pergi ke masjid saja dilarang memakai wewangian, apalagi kalau tujuan perginya ke tempat lain, tentulah lebih keras lagi larangannya….. (ehmm…tapi kok masih aja nekat makai ya???)
Minyak wangi, secara umum terbagi menjadi tiga jenis yaitu eau de cologne, eau de toilette dan eau de parfume. Pembedanya adalah konsentrat atau kadar essence yang berbeda. Eau de cologne merupakan wewangian yang paling ringan dan paling tidak tahan lama karena mempunyai campuran cairan dan alkohol yang lebih banyak dari essence- nya. Fungsinya hanya untuk menyegarkan aroma tubuh. Eau de toilette merupakan wewangian dengan kadar alkohol yang lebih banyak dari essence- nya dan wanginya tidak begitu tahan lama. Sedang Eau de parfume adalah wewangian dengan kadar essence yang lebih tinggi dari dua yang sudah disebut diatas. Wanginya lebih menyengat dan dapat bertahan lebih lama. Karena ada perbedaan kadar konsentrat, secara otomatis harga pun berbeda cukup jauh. Bahkan cara pemakaian pun berbeda. Untuk eau de cologne dan eau de toilette dengan cara disemprotkan, maka eau de parfum cukup dioleskan di belakang telinga atau pergelangan lengan dan sedikit leher depan, dimana terdapat pembuluh2 nadi yang dekat dengan permukaan kulit. Daya tahan wanginya bisa sampai tiga hari lebih.
*******************
Tahukah anda, sejarah parfum dimulai dari Mesir, bukan dari Paris, pusat mode dan parfum saat ini? Wewangian pada saat itu digunakan untuk berbagai keperluan ritual, dari melahirkan sampai kematian. Bahan dasar seperti kayu manis dan dupa, diolah dengan cara digiling, diparut, atau diremukkan. Hasilnya adalah bahan halus yang ditaburkan. Ada pula bagian tumbuhan yang dibuat ekstraknya, seperti kelopak bunga, buah, akar, kulit kayu, bahkan batang kayu itu sendiri. Proses pun berkembang. Dari sekedar ditaburkan, mulai berubah ujud menjadi bentuk dupa, asap yang dihasilkan oleh dupa yang dibakar akan menebarkan keharumannya. Dan dari sekedar asap, proses bertambah satu langkah kedepan, distilasi, yaitu mengambil wewangian melalui uap air dalam proses penyulingan.
Saya ingat juga, semasa kuliah dulu, tugas akhir saya, adalah Prarancangan Pabrik Phenyl Etil Alcohol dari benzene dan ethyl alcohol. PEA sendiri adalah bahan dasar utama parfum, dengan aroma mawar, yang nantinya akan digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya bahan sabun, shampoo dsb. Karena PEA itu sulit dilacak data fisiknya, maka saya harus mengadakan research di perpustakaan LIPI di Jalan Gatotsubroto. Waktu itu penggunaan Internet belum popular. Coba saja kalau sudah ada, kan tidak perlu repot-repot ke Jakarta. Entah karena data fisik yang kurang tepat, atau pemilihan proses yang tidak pas, maka dimensi fisik dari peralatan pabrik yang saya rancang, aneh bentuknya. Masak sih, menara distilasi mempunyai ketinggian 11 meter dengan diameter 4.5 meter. Biasanya perbandingan dimensi menara distilasi antara tinggi dan diameter minimal 4:1. Tapi yang didapat dari hitungan 2.5:1. Aneh kan? Untung waktu pendadaran, saya bisa percaya diri mempertahankannya dengan alasan-alasan yang bisa diterima. Jadi, ternyata parfum pun ikut berperan dalam riwayat pendidikan saya….

Tuesday, December 05, 2006

GAYA RAMBUT BARU, KEREEENNN!!!



Sudah beberapa hari ini, Azul terlihat lebih segar dengan gaya rambutnya yang baru. Lebih pendek, lebih rapi, tapi tidak gundul dan tidak berkuncung. Biasanya, anak-anak di Libya sini, akan dipotong ala Kuncung di dalam serial Kuncung dan Bawuk, dari TVRI Yogyakarta tahun 80 an. Rmabut belakang lebih pendek dengan disisakan sedikit di ujung kepala. Potongan seperti itu akan langsung dilakukan oleh tukang cukur, ketika pelanggan tanpa komentar mendudukkan anaknya di atas kursi.
Azul, sudah dua kali ini dipotong rambutnya di tukang cukur Libya. Sebelumnya, pernah sekali tante Defi merapikannya pula. Dengan tante Defi, dari awal sampai akhir, semua berjalan mulus. Tapi, dengan Khalid, tukang cukur tersebut, duh lumayan heboh. Yang pertama kali, sampai tersedu sedan. Mau diakhiri , kok tanggung. Rambut sudah dipotong setengah jalan. Saat itu Naila dan Mama tidak ikut mendampingi. Azul hanya berdua dengan Papa Ando saja.


Nah, berdasar pengalaman yang pertama tadi, akhirnya mama dan mbak La, ikut serta rame-rame kesana, walaupun untuk ukuran Libya, cukup aneh seorang wanita masuk ke salon pria. Untung saat itu barbershop Khalid sedang kosong. Lagipula karena barbershop itu langganan papa, sudah kenal baik, maka mereka pun menyambut dengan ramah. Memang papa sering sekali merapikan rambutnya disitu. Bahkan sekarang bercukur kumis pun juga dilakukannya disitu. Ada pelayanan ekstranya lho, pijit kepala... hmm... nyaman sekali!! Hal ini yang nanti akan paling dikangeni kalau pindah dari libya, katanya.
Kembali ke cerita Azul, dia datang dengan seribu senyum, langsung didudukkan diatas sebilah kayu yang disandarkan pada kedua lengan kursi. Ketika di selimuti dengan kain bergambar kartun, agar rambut tidak berhamburan ditubuhnya, Azul masih tersenyum. Keningnya mulai berkerut ketika melihat Khalid mengambil alat-alat cukur. Dan ketika gunting sudah mengawali aksinya, wah, sempat tangisnya keluar. Tidak meledak sih, hanya rengekan kecil saja. Kami pun bernyanyi bersama-sama...eh diapun ikut bernyanyi. Akhirnya sore itu pun acara potong rambut berjalan mulus.

Tidak mudah memotong rambut anak balita. Karena itulah, ditanah air, terutama di kota-kota besar bermunculan salon khusus untuk anak, dengan disain ruangan maupun peralatan khusus untuk anak. Di Jakarta, bisa dijumpai di pasaraya blok M, ataupun di Pondok Indah Mall dengan tarif yang reasonable. Kalau di barbershop Khalid perbedaan perlakuan hanya pada beda di kain selubung tubuhnya saja, yakni dengan bergambar kartun sedangkan untuk dewasa kain polos saja, maka pada salon anak-anak, bentuk kursinya pun sudah khusus. Ada yang berupa kuda-kudaan, mobil-mobilan, dll. Gunting dan sisir didisain dengan khusus, misalnya ujung gunting ditutupi oleh selubung plastik, sehingga tidak tajam lagi. Semuanya untuk menghindari luka, apabila anak memberontak.

Friday, November 17, 2006

IQRO'!!!!

Belle, dalam kisah “Beauty and the Beast”, akhirnya terpikat pada kebaikan Beast, ketika mendapatkan hadiah perpustakaan buku dalam suatu ruangan yang sangat besar. Si cantik Belle, berteman dengan Beast, pangeran yang dikutuk karena keegoisannya menjadi berwajah buruk laiknya monster, dan bahkan kutukan pun bisa berakhir karena mereka saling jatuh cinta. Tak hanya Belle yang ternganga, Naila dan saya pun yang bersama-sama menyaksikan tayangan video kartun pinjaman dari sekolah ikut takjub menyaksikan besarnya rak buku yang memenuhi dinding ruangan, dari bawah sampai ke langit-langit. Wow! Kami pun berkhayal, seandainya perpustakaan seperti itu juga kami miliki….
Membaca, adalah hoby yang menyatukan saya dan Naila. Kalau sudah masuk ke toko buku, kadang sampai lupa waktu. Berada di negeri yang hampir semua bukunya memakai huruf Arab ini, membuat kami jarang ke toko buku. Pernah sekali, untuk mengisi liburan kami mengunjungi toko buku di Jamahiriya street. Tapi hampir semuanya berabjad huruf arab, kecuali buku-buku kuliah umum. Mulai dari buku bergambar Disney, Barbie, sampai buku resep masakan dari Periplus juga berbahasa Arab. Gemas rasanya. Untung disitu dijual juga buku belajar membaca bahasa Inggris Keyworld, jadi ada juga yang bisa dibeli, sebagai obat kecewa.
Kalau pergi ke toko buku, Naila harus diminta untuk berjanji sebelumnya berapa buah buku yang boleh dibeli. Kalau tidak, bisa-bisa semua diangkutnya. Sebenarnya, dalam hati kecil, saya pun ingin seperti itu juga. Tapi kan kita harus mengingat anggaran dan kapasitas angkut dalam koper, walau sebenarnya memang tidak semua buku saya bawa. Ada yang memang untuk ditinggal dirumah saja.“wah ngeri kalau lihat Naila belanja buku,”demikian komentar budhe Tiwik. Tentu saja segera saya jelaskan, karena memang kalau sudah di Libya kita tidak bisa berbelanja buku. Jadi khusus liburan, agak dilonggarkan peraturannya. Curangnya, Naila kadang menghitung jumlah buku yang kami beli. Diapun segera menyamakan jumlahnya.
Kebiasaan membaca ini, pelan-pelan menular juga ke Papa Ando. Mulai kepulangan liburan musim kemarin, jatah tempat buku dikoper harus dibagi dengan Papa Ando. Saya hanya membeli beberapa novel saja, karena konsentrasi saya waktu itu pada belanja souvenir Indonesia. Sementara Papa Ando membeli buku seri Nagasasra sabuk Inten yang cukup tebal dan Mushashi, yang semuanya pernah dimuat sebagai serial di surat kabar. Tetapi ada satu novel, hasil buruan papa Ando yang membuat kami terkesan sampai kini, novel Ayat-ayat cinta, karangan Habiburraman El Sirazy. Novel ini, sepertinya tak boleh keluar dari rumah, karena sampai kini pun, Papa Ando masih sering membukanya. Tidak membaca ulang keseluruhan, hanya cuplikan-cuplikan tertentu saja.
Buku yang menceritakan tentang kehidupan mahasiswa pasca sarjana Universitas Al Azhar Kairo ini memang sangat mengesankan. Adalah Fakhri, sang tokoh, yang selalu mengingat Allah dalam setiap desah napasnya, setiap langkahnya. Ketika keimanan sudah mendarah daging, pemahaman tauhid yang mendalam, Allah menjadi satu-satunya yang dipentingkan, maka semua hal yang kelihatannya berat, akan terasa ringan. Cobaan dalam hidup, bukan untuk dikeluhkan . Hal yang indah tapi duniawi, tidak dihiraukannya. Sungguh nikmat membaca novel Islami ini. Pengarang tidak terjebak dalam alur yang klise. Membacanya, membuat kita malu. Betapa sedikit amalan-amalan kita. Betapa sedikit pengorbanan kita didalam meraih ridhaNya. Betapa banyaknya waktu yang kita sia-siakan selama ini. Banyak yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari novel ini. Mungkin saja, sang tokoh terlalu idealis. Sulit menemukannya didunia nyata. Tapi, sungguh tidak salah kita mengambil idealisme yang ada ini sebagai acuan kita untuk melangkah kedepan.
Ada buku lain yang pernah popular di rumah. Buku-buku karangan Dan Brown, Da Vnci Code, ataupun Malaikat dan Iblis, sempat membuat saya keranjingan bernavigasi di internet untuk mencari lebih tahu tentang hal itu. Bahkan ketika berkunjung ke Paris saya luangkan waktu dengan menyusuri museum La Louvre untuk melacak jejak daerah terbunuhnya sang curator. Ronggeng Dukuh Paruk nya Ahmad Tohari yang pernah dimuat sebagai cerita bersambung di harian Kompas termasuk koleksi berharga kami pula, selain cerita-cerita criminal dalam bahasa Spanyol dan Inggris. Tetapi saat ini, rasanya saya harus pamit dulu pada buku-buku hiburan ini, karena masih ada buku lain yang jauh lebih bermanfaat dan belum saya sentuh.
LA TAHZAN, Jangan bersedih, karangan Aidh bin Abdullah Al Qarni, juga merupakan bacaan yang tidak bosan-bosannya kita pelajari. Kalau sedang gundah, semangat turun, banyak berkeluh, biasanya saya akan mengambil buku ini dan mencari tema yang cocok. Alhamdulillah, biasanya akan terobati. Tutur bahasanya lembut. Menyentuh. Banyak cuplikan ayat-ayat quran maupun hadits dan disusun dalam rangkaian kalimat yang manis. Memang, dalam pengantarnya pun disebut, secara umum buku LA TAHZAN berkata kepada pembaca “Bergembiralah, tenanglah, bersenanglah, bersikaplah optimis, dan janganlah bersedih!”. Dulu, buku ini bersaing dengan komik detektif CONAN (kombinasi yang menarik bukan?), menemani saya tergolek 12 hari di rumah sakit saat melahirkan Azul, karena mengalami infeksi. Dulu kita sempat membeli edisi luks, tapi ternyata jauh lebih nyaman edisi buku saku, yang terbagi jadi empat jilid, sehingga mudah dibawa kemana-mana.
Kalau ada yang punya waktu luang, cobalah baca “Sifat Shalat Nabi” dari Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Cocokkan cara sholat kita, sudahkah sesuai tuntunan? Bacaan-bacaan yang kita lakukan, cara berwudlu kita. Belum terlambat untuk memperbaikinya kalau masih ada yang kurang. Insya Allah dari buku itu, akan banyak manfaat yang bisa dipetik. Jadi tidak ada salahnya pula untuk memilikinya.
Dari membaca memang banyak hal yang bisa kita dapatkan. Bahkan dari yang sekedar novel pun, yang bukan kelas kacangan tentu saja, kadang kita bisa memetik manfaat misal memperoleh gambaran kehidupan suatu kelas sosial, apalagi dari buku-buku yang bersifat ilmiah. Ketika melahirkan Naila di Argentina, banyak yang saya dapatkan dari buku tentang teori-teori merawat anak, pangaturan menu, pendidikan. Ah, kalau tentang bagaimana merawat bayi Naila memang terlalu teoritis, kebanyakan teori bahkan! Ketika teori mengatakan bayi dikenalkan makanan padat mulai usia 6 bulan, pas ulang bulan yang keenam, segera saya beri bubur bayi, dan dia masih menolak. Langsung saja kepala terasa berat, karena hasil yang ada tidak sesuai dengan yang dibuku, dan itu masih ada banyak hal lainnya.

Naila dan Azul pun tak mau ketinggalan. Naila, membaca buku apa saja. Bahkan hari ini, Kamis 16 nopember 2006, dia memperoleh sertifikat “Good Reading and helping others”. Dalam sehari biasanya dia bisa meminjam dua buah buku dari sekolah, karena dirasa oleh gurunya, satu akan kurang untuknya. Memang dari empat penghargaan yang didapatnya, yang 3 adalah penghargaan atas prestasi membacanya, sedang yang satu tentang good colouring. Koleksi buku Naila ada bermacam-macam. Mulai dari koleksi Mio dari Mizan sampai serial ilmu pengetahuan. Jenis bahasanya juga komplit, bahasa Indonesia , Inggris, Spanyol dan….Jerman, yang kami tidak mengerti artinya. Tidak semua buku kami beli baru. Ketika ada bazaar di sekolah-sekolah, kadang bisa kami dapatkan buku buku bekas pakai. Di Tripoli yang sulit untuk mendapatkan buku, tentu saja hal ini sangat berharga. Saking nafsunya, buku-buku berbahasa Jerman pun tidak luput dari serbuan kami...

Untuk Azul, koleksinya favorit masih buku tiga dimensi, jenis pop up. Judulnya Curious George, tentang petualangan si monyet yang bernama George. Buku ini kalau dibuka akan keluar gambar-gambar tiga dimensinya. Azul suka sekali. Sayangnya sudah ada beberapa gambar yang “CAH…CAH”. Maksudnya pecah, atau mau bilang rusak.
Sewaktu kecil, saya jarang menikmati permainan yang bermacam-macam, karena membaca bagi saya lebih menarik. Profesi yangti dan yangkung sebagai guru yang kemudian menjabat sebagai kepala sekolah, sangat membantu hobby kami, anak-anaknya. Semua buku yang menarik di perpustakaan SMP 5 dan SMP 10, sepertinya saat itu sudah kami baca. Bahkan sewaktu kelas 4 SD, saya ingat, sudah membaca novel tebal berjudul “Quo Vadis” yang bercerita tentang NERO, dari romawi. Saking hausnya dengan bacaan, cerita-cerita rakyat dari Balai Pustaka, yang harus dirangkum oleh budhe Tiwik untuk laporan di sekolahnya saat itu, juga ikut saya lahap saja. Dan tidaklah heran, kalau saat inipun semua cucu yangti dan yangkung juga berperilaku sama terhadap buku. Kalau mau nraktir mereka, ajaklah ke gramedia. Ditanggung semua akan happy!
Dari semua anak yangti, Om Iwan paling lengkap koleksi bukunya. Kalau Budhe tiwik dan Budhe Yeni, koleksinya kebanyakan tentang disiplin ilmu mereka, maka koleksi Om Iwan kebanyakan novel maupun buku biografi. Senang rasanya kalau sedang berkunjung ke permata timur, Jaktim, rumah Om Iwan, karena waktu rasanya kurang untuk menghabiskan semua judul yang ada. Memang sih, profesi Om Iwan dan tante Uni sebagai wartawan, membutuhkan banyak bacaan. Jadi tidaklah heran kalau belanja buku bisa ratusan ribu atau bahkan mungkin jutaan, toh itu sebagai investasi kerja juga.
Ala kulli hal, any way, sebenarnya dari semua itu, ada satu kitab, yang sebenarnya tidak akan pernah membosankan, yang kalau dibaca mendatangkan kesejukan, yang selalu menunggu sentuhan kita, AL QUR’AN. Kalaulah membaca novel Da Vinci Code, saya bisa khatam dalam beberapa hari, Ronggeng Dukuh paruk dalam semalam, bisakah saya mengarahkan diri saya dan keluarga untuk merubah kebiasaan membaca buku, menjadi kebiasaan membaca Al Qur’an, yang juga akan khatam hanya dalam hitungan hari???

Saturday, November 11, 2006

MAAFKAN MAMA YA DIK.....

Mulanya hanya satu bintik saja. Yang berisi cairan bening disekitar "nenen..", sebutan Azul untuk daerah kemaluan. Entah kenapa kok bisa jadi bernama nenen, karena dulu kata nenen dipakainya kalau mau minta asi. Saya masih belum begitu ngeh, karena suhu badan Azul normal-normal saja. Sempat sih agak hangat, tutur ayahnya, yang beberapa hari belakangan memang tidur dengan Azul. Memang kedua "boys" ini sedang kompak. Kemana-mana berdua. Bahkan kalau malam hari, langsung saja Azul menuju kamar tidur belakang sambil menggandeng ayahnya. Dan herannya, semalam suntuk dia bisa tertidur pulas dipelukan papa Ando. Kalau tidur dengan saya dan Naila, pasti sekali dua kali terbangun minta minum atau nangis saja. Paginya saya perhatikan lagi tubuhnya,... lho kok lama-lama jadi banyak. Jangan-jangan....
Yup, ketika ke Medilink, klinik keluarga yang berpusat di Perancis, dokternya meyakinkan kita kalau Azul terserang varicela alias chicken pox, alias cacar air. Orang jawa bilang cangkrangan. Kaki saya langsung lemas, ingat kalau ini semua kesalahan saya. LAgi-lagi sebuah keteledoran. Jadwal Azul untuk mendapatkan vaksin varicela sebenarnya sudah sejak bulan April lalu. Tapi karena tak ada persediaan baru sekitar Juni vaksin itu bisa didatangkan dari Malta. Tapi ketika kita ke Medilink untuk vaksinasi, suhu tubuh Azul 37,8 derajat untuk suhu telinga. Suhu telinga 0,5 derajat lebih tinggi dari suhu tubuh, jadi kira-kira 37,3. Dokter menyarankan untuk kembali 3 hari lagi. Ketika suhu benar-benar aman untuk menerima suntikan kuman yang dilemahkan tersebut. Tapi ternyata hari-hari berikutnya Azul pilek. Saya ganti yang tidak berani. Jadilah jadwal vaksin pun tertunda lama, karena kami kemudian mudik ke Indonesia dan disana, anak-anak bergantian sakit. Praktis hal itu sempat terlupakan karena kami mudik ke Indonesia dua kali, dalam dua bulan, karena kakek wafat.
Dan kini, semua sudah terlambat. Tak ada yang perlu disesali. Yang harus saya lakukan adalah merawat bintik-bintik yang ada di tubuh Azul, agar tidak menjadi infeksi, serta mengkarantinanya agar tidak menular ke orang lain. Daerah terparah memang sekitar kemaluan, karena tertutup diapers. Tetapi disekitar muka dan lengan tampak bersih. Dokter hanya memberi obat alergi untuk mengurangi gatal dan cairan antiseptik untuk merawat luka pecahan bintikan tersebut agar tidak berkembang jadi infeksi yang parah. Karena bekas luka yang terinfeksi akan menyebabkan bekas luka yang bsia terbawa sampai dewasa. Kasihan juga Azul, kalau Naila dan papa Ando mau pergi keluar, dia buru-buru mangambil sepatu karena ingin ikut juga. Jadilah berbagai cara dilakukan untuk menghiburnya. Apalagi minggu ini dia harus istirahat dirumah dulu, tidak pergi ke playgroup. Papa Ando dan mbak La pun membelikan es krim untuk adik Azul. Mbak La, yang biasanya kebagian menghabiskan sisa es krim adik, kini harus gigit jari...ternyata sekarang satu es krim sudah bisa dilahapnya sampai habis!
Serangan cacar air ini mengingatkan saya bahwa saat ini jadwal perulangan bermacam-macam vaksin untuk Naila. Belum-belum saya sudah pesimis duluan. Tidak mudah membawa Naila ke dokter. Apalagi untuk menerima vaksin. Naila sudah trauma dengan dokter karena dari kecil sudah kenyang dengan treatmen dan periksa lab gara-gara tidak mau makan sampai usia dua tahun dan problema susah buang air besar. Dulu Naila juga sempat punya kolesterol yang tinggi, sampai angka 435. Satuannya saya lupa. Tiba-tiba saja sekarang angka kolesterol itu normal. Tapi saya tetap tak boleh lengah. Telur kesukaannya harus dibatasi. Entah kenapa dirumah kami, telur adalah makanan favorit. Papa Ando juga harus diawasi kalau sedang ada acara makan-makan dan ada menu telurnya. Kadang-kadang suka sembunyi-sembunyi mengambil lebih dari satu....
Bicara tentang cacar air, saya teringat ini adalah penyakit yang menyambut kita pada-pada minggu pertama kepindahan di Libya, menyerang papa Ando. Naila sendiri sudah divaksin, dan saya, tampaknya juga sudah pernah terkena serangan ini, karena saat itu saya aman-aman saja tidak tertular. Saat itu ada kunjungan Megawati yang menjabat sebagai presiden Indonesia ke Libya. Jadi kita tidak ikut terlibat dalam hiruk pikuk menyambutnya, karena toh suami harus dikarantina. Saya sendiri tanpa kehadiran suami disana, malas rasanya ikut terlibat. Dan saya pikir ini saatnya suami membutuhkan kehadiran kita, untuk menemaninya dan merawatnya. Saya bandingkan dengan yang dipunyai Azul, bintik-bintik pada kulit papa Ando saat itu lebih besar, bahkan ada yang membekas sampai sekarang. Memang menurut referensi, kalau menyerang pada orang dewasa, akan lebih parah. Bahkan bisa terkena komplikasi.
Penyakit cacar air pernah pula menyerang teman-teman di kampus saya, Teknik Kimia UGM, tahun 1991. Saat itu kami sedang bepergian dalam rangka kuliah kerja ke Palembang, naik bus. Kami mengunjungi pabrik pupuk Sriwijaya, juga beberapa pabrik lainnya. Mampir pula kami di Lampung ke pengalengan nanas dan pabrik semen. Daya tahan tubuh yang lemah karena badan capai, membuat virus penyakit ini mudah menyerang. Penderita pertama adalah Anton, si kacamata. Dia terpaksa harus tinggal di Palembang dulu sampai kondisi tubuh membaik dan pulang ke yogya naik pesawat. Alumni di Pusri yang membiayainya. Ternyata ketika kita sudah pulang dan beraktifitas normal lagi di kampus, bergantian jatuh korban. Diimulai oleh Rini, dan diakhiri oleh Zumrodah yang komplikasi serangannya cukup parah, karena sampai menyerang organ hati dan sampai di opname di rumah sakit. Secara bergurau, kami membuat nomor C-1 untuk korban cacar air pertama, dan angka berakhir di C-12 untuk Zumrodah. Ini adalah kenangan getir yang tidak akan terlupakan, tiap hari kami penasaran siapa saja yang akan jatuh sebagai korban selanjutnya....
Ketika seseorang sudah terkena cacar air, maka kekebalan yang akan didapatkan adalah kekebalan seumur hidup. Tetapi bila belum terkena posisinya belum aman. Akan tetapi, adalah salah, kalau ada pendapat berdekat-dekat dengan penderita agar terkena dan untuk selanjutnya aman dari penyakit itu, karena saat ini sudah ada vaksin untuk mencegahnya. Makanya kajian qur'an kami yang sedianya akan dimulai sabtu ini, terpaksa diundur karena om Choirin sang pengajar belum yakin apakah pernah terkena atau belum. Begitu juga Om Arfan, mahasiswa kuliah Dakwah Libya, yang akan berkunjung kerumah Jumat kemarin, juga kami yakinkan dulu, pernah terkena atau belum. Katanya sih sewaktu kecil pernah terkena cacar, tapi kurang yakin jenisnya. "Entah cacar air, udara, ataukah tanah...."guraunya. Sehubungan ada hadits yang melarang untuk mendatangi daerah yang sedang ada wabah, maka si om yang berusaha menjalankan agama sesuai dengan tuntunan qur'an dan hadits inipun mengurungkan niatnya......

**********************************************

Berikut ada artikel dari tabloid nakita tentang cacar air, edisi nomor 392 tahun ke VIII.


BILA SI KECIL TERKENA CACAR AIR
Memang bisa sembuh sendiri, tapi sebaiknya orang tua tetap waspada. Adakah upaya menghindarinya ?
"Aduh, anakku kena cacar air, nih. Yang aku takutkan, nanti akan ada bekasnya. Anakku, kan, perempuan," ujar Ibu Ida panik. Kepanikan serupa mungkin pernah juga dialami oleh Anda di rumah saat si kecil terkena cacar air.
Menurut Dr. Tb. Rahmat Sentika, SpA, MARS, cacar air atau chicken pox adalah infeksi virus yang biasanya menyerang anak-anak. Virus ini menyerang kulit dengan membentuk lesi (luka) yang berisi cairan (serous).
Infeksi virus ini biasanya menyerang anak berusia 9 bulan ke atas. "Pada beberapa kasus, cacar air juga bisa menyerang orang-orang dewasa. Tetapi, makin dewasa biasanya makin berkurang." Bayi berusia di bawah 6 bulan jarang terkena penyakit cacar air, karena masih memiliki kekebalan dari ibunya. "Nah, pada usia 8-9 bulan, bayi tidak lagi memiliki kekebalan dari ibunya," lanjut Rahmat.
Penyebab cacar air adalah virus varicella. "Pada cacar biasa virusnya bernama Variola. Cacar variola lebih berat daripada cacar air. Pada cacar variola, lukanya berisi nanah, sedangkan pada cacar air, lukanya berisi cairan," ujar dokter anak dari Klinik Medika Bayuadji, Jakarta ini. Penyakit ini ditularkan melalui udara dan sampai saat ini masih sering menjadi wabah di beberapa tempat dan belum bisa dihapus.
Penyakit cacar air merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Penderita cacar air akan menjadi sumber penularan bagi orang-orang di sekitarnya. Cara penularan cacar air bisa melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara. Karena itu, penderita sebaiknya dipisahkan dari orang-orang di sekitarnya, khususnya anak-anak. "Karena anak-anak akan lebih cepat tertular. Orang dewasa memang jarang terkena cacar air, tetapi begitu kena biasanya akan lebih berat daripada jika yang terkena anak kecil. Pasalnya, daya tahan tubuh orang dewasa sudah semakin berkurang," lanjut Rahmat.
INFEKSI SEKUNDER
Gejala cacar air antara lain panas tinggi yang berlangsung sekitar 3 hari sampai satu minggu. Kemudian, setelah panas turun, muncul bintik-bintik yang dimulai dari daerah sekitar dada dan kemudian menyebar ke lengan dan kaki. "Gejala lainnya adalah gatal pada bagian kulit yang luka," lanjut Rahmat.
Biasanya, pada cacar air juga akan terjadi infeksi sekunder, karena pecahnya lesi (luka) di kulit yang kemudian terkena infeksi bakteri. "Akibatnya, kulit jadi sering rusak," ujar Rahmat. Cairan atau serous di dalam luka si penderita sifatnya infectious (menular), sehingga jika luka pecah, akibatnya akan menyebar ke bagian lain dari kulit. "Akibatnya, hampir seluruh bagian tubuh pun akan terkena. Biasanya yang paling sering terkena adalah kulit di sekitar punggung lengan, karena kulit di bagian ini lebih tipis," ujar Rahmat.
Timbulnya infeksi sekunder juga akan membuat panas tubuh penderita enggak turun-turun. "Seolah-olah panasnya menetap, meski tidak terlalu tinggi dan tidak sampai normal. Ini biasanya berlangsung sekitar satu minggu," lanjut Rahmat. Baru setelah itu, pada minggu kedua, akan terjadi masa penyembuhan. "Sebetulnya penyakit cacar air termasuk penyakit yang bisa sembuh sendiri (self limiting disease). Jadi, nggak diobati pun akan sembuh sendiri," ujar Rahmat.
Kemudian, karena disertai dengan radang tenggorokan atau infeksi saluran pernapasan, maka penderita perlu juga waspada pada kemungkinan terkena radang paru-paru (pneumonia). "Karena terjadi infeksi sekunder, maka perlu juga diperhatikan kemungkinan terjadinya infeksi meluas," ujar Rahmat.
Meski bukan termasuk penyakit berat, tetapi perlu juga diwaspadai kemungkinan cacar air timbul di bagian tubuh yang berselaput lendir, misalnya di tenggorokan atau mata. "Tetapi ini jarang terjadi," lanjut Rahmat.
SERING MANDI
Menurut Rahmat, sampai saat ini belum terdapat obat-obat antivirus yang efektif untuk mengurangi atau menyembuhkan penyakit ini. Walaupun demikian, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi penderita cacar air. Antara lain, jika masih terdapat luka berisi cairan (serous), sebaiknya jangan dipecahkan. "Kalaupun sudah pecah, sebaiknya hindarkan jangan sampai terjadi infeksi sekunder," ujarnya.
Rahmat juga menganjurkan supaya penderita sering-sering mandi. "Banyak orang yang keliru, justru melarang anaknya yang terkena cacar air mandi." Padahal, lanjut Rahmat, "Dengan mandi, tubuh akan menjadi bersih dan mencegah timbulnya infeksi kuman yang masuk melalui luka. Kalau perlu, mandi 4-5 kali sehari dengan menggunakan sabun antiseptik. Selain itu, mandi juga akan mengurangi gatal," ujar Rahmat. Yang perlu diperhatikan adalah berhati-hati saat mandi supaya pada bagian yang luka tidak sampai pecah. "Karena itu, pada bagian-bagian yang terkena sebaiknya jangan digosok keras-keras," lanjut Rahmat.
Karena infeksi sekunder tak bisa dihindari, maka penderita sebaiknya juga diberi obat-obat antibiotik. "Bahaya infeksi sekunder adalah munculnya bekas pada kulit seperti bopeng-bopeng. Pada cacar biasa, bopeng ini akan lama hilang dan bahkan tak bisa hilang. Tetapi pada cacar air, bopeng ini akan hilang, tergantung seberapa lesi-nya," lanjut Rahmat.
Penderita sebaiknya juga diberikan antivirus yang kini sudah banyak tersedia. "Meski efektifitasnya masih sering diragukan, tetapi kebanyakan dokter akan memberikan obat-obat antivirus ini." Malah, sekarang antibiotik atau antivirus ini ada yang sifatnya topikal atau langsung diberikan berupa salep. "Sehabis mandi, kulit yang sehat diberi bedak cair, sementara pada kulit yang luka diberi salep tadi."
IMUNISASI
Pada umumnya, lanjut Rahmat, karena sifat penyakit ini yang self limiting disease, "Maka yang terutama harus diperhatikan adalah meningkatkan kemampuan tubuh untuk membentuk sistem kekebalan."
Biasanya, penderita yang sudah terkena cacar air akan membentuk sistem kekebalan sehingga tidak akan kembali terkena cacar air. Dulu, muncul pengetahuan yang salah di kalangan masyarakat. "Katanya, kalau ada penderita yang terkena cacar air, deketin saja sehingga ia juga akan terkena. Kalau sudah kena, kan, jadi kebal. Cara ini sebetulnya nggak perlu dan justru berbahaya," tuturnya lagi.
Mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori dan protein serta istirahat yang cukup juga akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh penderita. "Kalau perlu berikan beberapa vitamin dan buah-buahan segar. Dengan cara-cara ini, maka lamanya penyakit akan bisa diperpendek. Kalau biasanya berlangsung dua minggu, maka dengan cara ini mungkin hanya 4 hari," ujar Rahmat.
Untuk mencegah kemungkinan terkena atau tertular cacar air, bisa diberikan imunisasi Varilrix. "Imunisasi sebaiknya diberikan pada usia 9 bulan ke atas, karena pada usia ini bayi sudah tak lagi memiliki kekebalan tubuh dari ibunya. Dan imunisasi ini biasanya diberikan setelah program imunisasi dasar lain diberikan, misalnya imunisasi campak," ujar Rahmat.
Sayang, biaya untuk imunisasi Varilrix cukup mahal, yakni sekitar Rp 300 ribu. "Sehingga hanya orang tertentu saja yang bisa membayar imunisasi Varilrix," lanjut Rahmat. Yang penting, saran Rahmat, makan cukup makanan bergizi serta banyak istirahat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. "Ini merupakan pencegahan yang terbaik."

Hasto Prianggoro . Foto : Iman Dharma (nakita)
PERTOLONGAN YANG DILAKUKAN
Apa yang harus Anda lakukan ketika anak Anda terkena cacar air? Dr. Miriam Stoppard dalam bukunya Perawatan Bayi dan Anak menganjurkan beberapa hal, di antaranya:
* Segera ke dokter
Tujuannya untuk memastikan anak Anda menderita cacar air atau bukan. Segera berobat jika timbul kemerahan dan bengkak pada bintik-bintik yang menunjukkan terjadinya infeksi, atau bintik-bintik terus menerus digaruk. Selain itu, segera berobat jika anak demam atau sakit kepala sewaktu bintik-bintik sudah menyebar ke seluruh tubuh dan keadaan anak mulai membaik.
* Olesi losion
Untuk mengurangi rasa gatal yang dirasakan penderita, Anda bisa mengatasinya dengan mengoleskan losion kalamin pada bintik-bintik atau memberi kompres hangat dengan larutan soda atau bikarbonat.
* Sering ganti popok
Jika si kecil masih memakai popok, popok harus sering diganti. Atau jika mungkin, jangan gunakan popok dulu supaya bintik-bintik cepat kering.
* Gunting kuku
Kuku sebaiknya juga dipotong pendek dan larang anak supaya jangan menggaruk.
* Isolasi
Yang juga harus dilakukan adalah sedapat mungkin menjauhkan penderita dari anak lain. Kalau perlu, larang ke sekolah dulu sebelum semua bekasnya hilang.
Hasto

Thursday, November 09, 2006

ADA YANG PERGI LAGI??



Belum hilang ngantuk akibat tidur telat karena jajan baso di Regatta W 274. Eh ada berita kalau Santi dan Murojab akan pulang ke Indonesia, kamis 9 nop ini, bersamaan dengan kepulangan Hany. Murojab akan ikut tes penerimaan karyawan Deplu. Apabila diterima dia harus ikut pendidikan lanjutan, jadi kemungkinan tidak akan balik lagi ke Libya. Apabila gagal dalam tes, maka dia akan balik ke Tripoli sebulan lagi, insya allah. Wah saya dan mbak Defi bingung mendoakannya. Kalau lolos tes, kita yang disini kehilangan dia. Tapi kalau gagal, ah, jangan sampailah, karena itu adalah lompatan karier untuknya. Jadi, doa kita adalah minta diberikan yang terbaik untuknya. Karena, seperti tersebut di qur’an, apa yang kita anggap itu buruk, mungkin sebenarnya itu baik untuk kita. Tapi apa yang kita anggap itu baik, belum tentu itu baik untuk kita. Hanya Allah yang tahu…


Murojab adalah alumni Kuliah Dakwah di Libya. Semasa mahasiswa, kadang-kadang main kerumah kita, bersama-sama Rafiqie, yang kemudian mengajar kita untuk mendalami al-qur’an. Pernah pula beberapa kali bersama-sama dengan Irfan dan Yuni, mereka mengadakan diskusi agama di rumah. Senang mengikutinya. Jadi ingat waktu kuliah dulu, kadang ada pengajian angkatan yang mengarah ke diskusi seperti ini. Santy sendiri sampai hari Rabu kemarin masih tercatat sebagai mahasiswa disitu, kelas persiapan bahasa. Dulu Santy adalah alumni psikologi UMM. Saya sering berdiskusi dengannya tentang apasaja. Dari agama, buku-buku, masakan sampai psikologi anak. Enak berkawan dengannya. Dia juga penulis novel remaja Islami. Nama samarannya Qonita Musa. Biasanya santy kemana-mana dengan Shinta. Kadang orang juga tertukar nama memanggilnya. Kadang kita goda dengan iklan Citra, si kembar Shanty dan shynta.
Malam Rabu kemarin kita sempat kumpul dirumah. Asyik ngobrol, tiba-tiba waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. "Dik, sudah malam, kita pulang yuk."kata Murojab ke Santi. Bapak-bapak memang duduk diluar, sedang saya, mb defi dan santi-sinta ada didalam. Kita semuapun berdiri, eh ternyata habis itu ngobrol lagi..duduk lagi.... Kemudian dua kali Murojab melongok kedalam dari luar.. "Dik..." Eh, bisa tertangkap kamera ternyata...

Ada banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di sini. Kira-kira 70 an.Insya allah akan datang lagi rombongan baru. Enak sekali jadi mahasiswa disini. Sudah gratis SPP, gratis pondokan dan makanan, eh masih diberi uang saku perbulan. Siapa sih yang tidak mau seperti ini? Saya ingat waktu kuliah dulu, harus pintar-pintar mencari uang saku tambahan. Selain uang saku bulanan dari orangtua, sebenarnya masih ada subsidi bulanan dari kakak-kakak yang cukup lumayan. Tapi dasar saya boros, sudah makan pagi dirumah, teman-teman yang kos jajan di kantin bu Gadjah, dekat jurusan kita, eh saya ikutan makan lagi. Herannya kok ya tidak bertambah gemuk.
Kalau ingat bu Gadjah, saya akan ingat triknya Om Budi yang sekarang sudah disini, makan nasi pecel, minta kuah gulai yang banyak. "Mbak tambah kuah gulainya dong!", mbak pramusaji yang sayang pada om budi pun menambahkan kuah gule ke piring dengan senyum. kita?jangankan minta tambah, minta dicepetin pelayanannya pun sudah dicemberutin! kadang-kadang dari kuah ada yang daging yang terikut, wah happy deh. Jadi tak perlu lagi lauk tambahan. Saat itu , kira-kira tahun 1988-1993 harga perporsinya Rp 250,00-Rp 400,00.
Dulu saya sempat ngelesi anak-anak SMA. Les kimia, matematika ataupun fisika. Honor tambahan yang didapat bisa untuk beli kaset, beli pernik-pernik dsb. Kalau uang bensin dan fotokopi, ya minta orangtua dong….
Kalau Papa Ando, waktu kuliah dulu cukup kaya raya untuk ukuran mahasiswa. Karena honor yang didapat dari ngajar bahasa Inggris di LIA cukup lumayan. Guru yang lain benar-benar mencari nafkah disitu, dia hanya kegiatan ekstra saja. Memang sih, sibuknya luarbiasa. Paling saya ketemu dengannya di weekend saja. Itupun datang dengan ransel besar, isinya setumpuk kerjaan atau tugas kampus. Jadi, apel malam minggu biasanya diisi dengan bikin lesson plan mengajar, mengoreksi pekerjaan siswa. Bahkan waktu bertugas sebagai asisten lab, harus mengoreksi hasil praktikum mahasiswa angkatan dibawahnya. Untunglah dulu sangat sibuk. Jadi kegiatan kita cukup positif. Selain itu, papa Ando juga dapat beasiswa mobil Oil yang cukup besar. Saat itu, papa Ando sudah mampu memberi uang saku tambahan untuk adik-adiknya. Sebagai pacarnya, tentu saja saya kecipratan rejeki ini. Kalau nonton film, papa Ando yang gengsian, selalu memaksa untuk membayar tiket masuk dan beli susu ultra coklat favorit kita. Demikian juga kalau pergi kerestoran, dipaksanya saya untuk selalu menerima traktirannya. Tentu saja saya tak mau langsung menerima. Kan gengsi juga dong….Lalu apa jatah saya? mbayar tiket parkir!
WARUNG BAKSO DI REGATTA




Makan baso rame-rame sering kita lakukan waktu sekolah di SMA dulu. Waktu kuliah juga sih, tapi tidak seheboh waktu masih di SMA. Minuman yang menemani kalau bukan es teh, pastilah es jeruk. Karena kalau dipadu dengan minuman lain, seperti es teller, es klamud, kenikmatan basonya jadi kalah pamor. Belum lagi kalau dipelototin yang kebagian nraktir, karena kan harganya lebih mahal. Warung yang paling sering kita kunjungi adalah baso kauman. Waktu itu, rasanya baso itulah yang paling nikmat. Apalagi lokasinya tidak begitu jauh dari sekolah. Karena terletak di kauman, kampungnya para santri, tentusaja baso ini memasang spanduknya besar-besar bertuliskan “Gilingan daging Handayani, dijamin halal”. Maksudnya daging bahan baso digiling di pusat penggilingan daging Handayani, yang dijamin halal, karena spesial untuk daging sapi. Konon ada pula penggilingan daging yang menerima penggilingan daging babi. Atau jangan-jangan daging tikus diterimanya pula seperti kasus yang heboh setahun lalu, baso tikus.
Selasa malam lalu, 7 nopember, kita juga beramai-ramai makan baso gratis, dalam rangka farewell Hany. Hany, dari schlumberger, yang ditugaskan sejak 4 bulan yanglalu, pulang ke Jakarta kamis 9 nop. Masih ada kemungkinan balik sih, tapi bisa juga tidak. Nah ada dua mbak Ami yang jualan, mb ami agus jualan baso, mb ami subhan jualan mie ayam. Warung buka dari jam 18.00-22.00. Ada dua jenis baso, baso urat made in Deny and baso halus made in mb ami agus. Dua-duanya enak. Minuman yang disediakan the hangat dan aneka macam jus serta softdrink. Kopi sengaja tidak ditampilkan, takut mata melek sampai larut. Kan paginya harus beraktifitas seperti biasa. Tamu yang hadir selain warga yang biasa muncul, ada yang spesial juga. Semua anak merubunginya. Skippy, kitty kecil punya Wolfy, datang didalam kardus besar, ditaruh dikamar sholat, samping kamar tamu. Azul yang gemas juga ingin melompat masuk, meraihnya. Segera Naila dan Nia berteriak, NOOO!!!!. Azul pun segera diamankan dari lingkungan situ. Pintu kamar ditutup rapat-rapat.

Akhirnya kegiatan Azul berganti naik turun tangga. Ada kegiatan lain sih, yang sempat jadi pusat perhaian. Azul gemas sekali dengan Melly. Jadi, Azul pun nyiumi Melly, dahi to dahi. "Tante dicium dong", goda tante2 lain, eh sambil senyum-senyum, tetap saja langkah terrah ke Melly, dan smok!, dahi azul ditempel ke dahi melly.





Meriahnya malam itu dimulai ketika mulai ditampilkan foto-foto piknik di gadamesh. Komentar yang keluar bermacam-macam. Mulai dari kamar pengantin, wahanya, saharanya, dan sorak sorai menyaksikan pasangan-pasangan yang mesra berfoto. Duh bikin iri saja! Piknik beramai-ramai memang menyenangkan. Kita dulu beberapa kali melakukan waktu tinggal di Comodoro Rivadavia. Dua keluarga saja sih. Tapi kesannya masih mendalam. Dibutuhkan toleransi yang cukup besar ketika bepergian bersama-sama. Kita harus bertenggang rasa pada kebiasaan masing-masing yang berbeda-beda. Terutama kalau membawa anak kecil, akan lebih enak kalau bepergiannya dengan family yang mempunya anak kecil pula. Kalau tidak, wah agak sulit penyesuainnya. Kecuali kalau toleransi antar pihak cukup besar. Ketika bepergian jauh, kadang akan menemui kendala-kendala. Nah disitulah kadang muncul sifat asli kita. Pergaulan sehari-hari hanyalah beberapa jam saja, dan dalam situasi yang nyaman. Tetapi dalam sebuah perjalanan, kendala-kendala yang ada akan membuat sifat-sifat asli yang tidak nampak, menjadi keluar kadang tanpa kontrol diri. Anak-anak yang rewel dan bosan dengan perjalanan, memancing amarah orangtua. Perkara finansial,memilih menu makanan atau restoran, prioritas obyek wisata yang akan dituju, kadang menimbulkan perselisihan. Gotongroyong mutlak diperlukan dalam kondisi ini. Ketika semua berjalan dengan mulus, ikatan persaudaraan akan bertambah semakin kuat, tetapi jika sebaliknya? Bisa dibayangkanlah....
Alhamdulillah, kenangan yang kita lewati dengan pergi rame-rame hampir semuanya indah. Semoga demikian juga bagi yang bepergian ke gadamesh.

Hany, 24 tahun, cukup aktif di pengajian Jumat. Pertanyaan yang dilontarkan cukup kritis. Sekali pernah hadir di pengajian Kamis pagi, dan membawa kesuasana haru. Dia bertanya tentang kewajiban berpakaian yang tertutup. Suasana di Tripoli, menurut dia sangat Islami, dan mengkondisikan dia untuk berpikir kearah itu. “Tapi saya takut, kalau nanti terus kenapa-kenapa…”, isaknya. Semua terpaku, diam… akhirnya para ustadpun mengeluarkan uneg-uneg. Demikian pula ibu-ibu yang lain. Jadilah acara pengajian hari itu semacam curhat. Semoga walau sudah jauh dari Tripoli, semangat yang diperolehnay disini tidak luntur. Tapi bahkan bertambah besar. Amien….