Friday, November 17, 2006

IQRO'!!!!

Belle, dalam kisah “Beauty and the Beast”, akhirnya terpikat pada kebaikan Beast, ketika mendapatkan hadiah perpustakaan buku dalam suatu ruangan yang sangat besar. Si cantik Belle, berteman dengan Beast, pangeran yang dikutuk karena keegoisannya menjadi berwajah buruk laiknya monster, dan bahkan kutukan pun bisa berakhir karena mereka saling jatuh cinta. Tak hanya Belle yang ternganga, Naila dan saya pun yang bersama-sama menyaksikan tayangan video kartun pinjaman dari sekolah ikut takjub menyaksikan besarnya rak buku yang memenuhi dinding ruangan, dari bawah sampai ke langit-langit. Wow! Kami pun berkhayal, seandainya perpustakaan seperti itu juga kami miliki….
Membaca, adalah hoby yang menyatukan saya dan Naila. Kalau sudah masuk ke toko buku, kadang sampai lupa waktu. Berada di negeri yang hampir semua bukunya memakai huruf Arab ini, membuat kami jarang ke toko buku. Pernah sekali, untuk mengisi liburan kami mengunjungi toko buku di Jamahiriya street. Tapi hampir semuanya berabjad huruf arab, kecuali buku-buku kuliah umum. Mulai dari buku bergambar Disney, Barbie, sampai buku resep masakan dari Periplus juga berbahasa Arab. Gemas rasanya. Untung disitu dijual juga buku belajar membaca bahasa Inggris Keyworld, jadi ada juga yang bisa dibeli, sebagai obat kecewa.
Kalau pergi ke toko buku, Naila harus diminta untuk berjanji sebelumnya berapa buah buku yang boleh dibeli. Kalau tidak, bisa-bisa semua diangkutnya. Sebenarnya, dalam hati kecil, saya pun ingin seperti itu juga. Tapi kan kita harus mengingat anggaran dan kapasitas angkut dalam koper, walau sebenarnya memang tidak semua buku saya bawa. Ada yang memang untuk ditinggal dirumah saja.“wah ngeri kalau lihat Naila belanja buku,”demikian komentar budhe Tiwik. Tentu saja segera saya jelaskan, karena memang kalau sudah di Libya kita tidak bisa berbelanja buku. Jadi khusus liburan, agak dilonggarkan peraturannya. Curangnya, Naila kadang menghitung jumlah buku yang kami beli. Diapun segera menyamakan jumlahnya.
Kebiasaan membaca ini, pelan-pelan menular juga ke Papa Ando. Mulai kepulangan liburan musim kemarin, jatah tempat buku dikoper harus dibagi dengan Papa Ando. Saya hanya membeli beberapa novel saja, karena konsentrasi saya waktu itu pada belanja souvenir Indonesia. Sementara Papa Ando membeli buku seri Nagasasra sabuk Inten yang cukup tebal dan Mushashi, yang semuanya pernah dimuat sebagai serial di surat kabar. Tetapi ada satu novel, hasil buruan papa Ando yang membuat kami terkesan sampai kini, novel Ayat-ayat cinta, karangan Habiburraman El Sirazy. Novel ini, sepertinya tak boleh keluar dari rumah, karena sampai kini pun, Papa Ando masih sering membukanya. Tidak membaca ulang keseluruhan, hanya cuplikan-cuplikan tertentu saja.
Buku yang menceritakan tentang kehidupan mahasiswa pasca sarjana Universitas Al Azhar Kairo ini memang sangat mengesankan. Adalah Fakhri, sang tokoh, yang selalu mengingat Allah dalam setiap desah napasnya, setiap langkahnya. Ketika keimanan sudah mendarah daging, pemahaman tauhid yang mendalam, Allah menjadi satu-satunya yang dipentingkan, maka semua hal yang kelihatannya berat, akan terasa ringan. Cobaan dalam hidup, bukan untuk dikeluhkan . Hal yang indah tapi duniawi, tidak dihiraukannya. Sungguh nikmat membaca novel Islami ini. Pengarang tidak terjebak dalam alur yang klise. Membacanya, membuat kita malu. Betapa sedikit amalan-amalan kita. Betapa sedikit pengorbanan kita didalam meraih ridhaNya. Betapa banyaknya waktu yang kita sia-siakan selama ini. Banyak yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari novel ini. Mungkin saja, sang tokoh terlalu idealis. Sulit menemukannya didunia nyata. Tapi, sungguh tidak salah kita mengambil idealisme yang ada ini sebagai acuan kita untuk melangkah kedepan.
Ada buku lain yang pernah popular di rumah. Buku-buku karangan Dan Brown, Da Vnci Code, ataupun Malaikat dan Iblis, sempat membuat saya keranjingan bernavigasi di internet untuk mencari lebih tahu tentang hal itu. Bahkan ketika berkunjung ke Paris saya luangkan waktu dengan menyusuri museum La Louvre untuk melacak jejak daerah terbunuhnya sang curator. Ronggeng Dukuh Paruk nya Ahmad Tohari yang pernah dimuat sebagai cerita bersambung di harian Kompas termasuk koleksi berharga kami pula, selain cerita-cerita criminal dalam bahasa Spanyol dan Inggris. Tetapi saat ini, rasanya saya harus pamit dulu pada buku-buku hiburan ini, karena masih ada buku lain yang jauh lebih bermanfaat dan belum saya sentuh.
LA TAHZAN, Jangan bersedih, karangan Aidh bin Abdullah Al Qarni, juga merupakan bacaan yang tidak bosan-bosannya kita pelajari. Kalau sedang gundah, semangat turun, banyak berkeluh, biasanya saya akan mengambil buku ini dan mencari tema yang cocok. Alhamdulillah, biasanya akan terobati. Tutur bahasanya lembut. Menyentuh. Banyak cuplikan ayat-ayat quran maupun hadits dan disusun dalam rangkaian kalimat yang manis. Memang, dalam pengantarnya pun disebut, secara umum buku LA TAHZAN berkata kepada pembaca “Bergembiralah, tenanglah, bersenanglah, bersikaplah optimis, dan janganlah bersedih!”. Dulu, buku ini bersaing dengan komik detektif CONAN (kombinasi yang menarik bukan?), menemani saya tergolek 12 hari di rumah sakit saat melahirkan Azul, karena mengalami infeksi. Dulu kita sempat membeli edisi luks, tapi ternyata jauh lebih nyaman edisi buku saku, yang terbagi jadi empat jilid, sehingga mudah dibawa kemana-mana.
Kalau ada yang punya waktu luang, cobalah baca “Sifat Shalat Nabi” dari Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Cocokkan cara sholat kita, sudahkah sesuai tuntunan? Bacaan-bacaan yang kita lakukan, cara berwudlu kita. Belum terlambat untuk memperbaikinya kalau masih ada yang kurang. Insya Allah dari buku itu, akan banyak manfaat yang bisa dipetik. Jadi tidak ada salahnya pula untuk memilikinya.
Dari membaca memang banyak hal yang bisa kita dapatkan. Bahkan dari yang sekedar novel pun, yang bukan kelas kacangan tentu saja, kadang kita bisa memetik manfaat misal memperoleh gambaran kehidupan suatu kelas sosial, apalagi dari buku-buku yang bersifat ilmiah. Ketika melahirkan Naila di Argentina, banyak yang saya dapatkan dari buku tentang teori-teori merawat anak, pangaturan menu, pendidikan. Ah, kalau tentang bagaimana merawat bayi Naila memang terlalu teoritis, kebanyakan teori bahkan! Ketika teori mengatakan bayi dikenalkan makanan padat mulai usia 6 bulan, pas ulang bulan yang keenam, segera saya beri bubur bayi, dan dia masih menolak. Langsung saja kepala terasa berat, karena hasil yang ada tidak sesuai dengan yang dibuku, dan itu masih ada banyak hal lainnya.

Naila dan Azul pun tak mau ketinggalan. Naila, membaca buku apa saja. Bahkan hari ini, Kamis 16 nopember 2006, dia memperoleh sertifikat “Good Reading and helping others”. Dalam sehari biasanya dia bisa meminjam dua buah buku dari sekolah, karena dirasa oleh gurunya, satu akan kurang untuknya. Memang dari empat penghargaan yang didapatnya, yang 3 adalah penghargaan atas prestasi membacanya, sedang yang satu tentang good colouring. Koleksi buku Naila ada bermacam-macam. Mulai dari koleksi Mio dari Mizan sampai serial ilmu pengetahuan. Jenis bahasanya juga komplit, bahasa Indonesia , Inggris, Spanyol dan….Jerman, yang kami tidak mengerti artinya. Tidak semua buku kami beli baru. Ketika ada bazaar di sekolah-sekolah, kadang bisa kami dapatkan buku buku bekas pakai. Di Tripoli yang sulit untuk mendapatkan buku, tentu saja hal ini sangat berharga. Saking nafsunya, buku-buku berbahasa Jerman pun tidak luput dari serbuan kami...

Untuk Azul, koleksinya favorit masih buku tiga dimensi, jenis pop up. Judulnya Curious George, tentang petualangan si monyet yang bernama George. Buku ini kalau dibuka akan keluar gambar-gambar tiga dimensinya. Azul suka sekali. Sayangnya sudah ada beberapa gambar yang “CAH…CAH”. Maksudnya pecah, atau mau bilang rusak.
Sewaktu kecil, saya jarang menikmati permainan yang bermacam-macam, karena membaca bagi saya lebih menarik. Profesi yangti dan yangkung sebagai guru yang kemudian menjabat sebagai kepala sekolah, sangat membantu hobby kami, anak-anaknya. Semua buku yang menarik di perpustakaan SMP 5 dan SMP 10, sepertinya saat itu sudah kami baca. Bahkan sewaktu kelas 4 SD, saya ingat, sudah membaca novel tebal berjudul “Quo Vadis” yang bercerita tentang NERO, dari romawi. Saking hausnya dengan bacaan, cerita-cerita rakyat dari Balai Pustaka, yang harus dirangkum oleh budhe Tiwik untuk laporan di sekolahnya saat itu, juga ikut saya lahap saja. Dan tidaklah heran, kalau saat inipun semua cucu yangti dan yangkung juga berperilaku sama terhadap buku. Kalau mau nraktir mereka, ajaklah ke gramedia. Ditanggung semua akan happy!
Dari semua anak yangti, Om Iwan paling lengkap koleksi bukunya. Kalau Budhe tiwik dan Budhe Yeni, koleksinya kebanyakan tentang disiplin ilmu mereka, maka koleksi Om Iwan kebanyakan novel maupun buku biografi. Senang rasanya kalau sedang berkunjung ke permata timur, Jaktim, rumah Om Iwan, karena waktu rasanya kurang untuk menghabiskan semua judul yang ada. Memang sih, profesi Om Iwan dan tante Uni sebagai wartawan, membutuhkan banyak bacaan. Jadi tidaklah heran kalau belanja buku bisa ratusan ribu atau bahkan mungkin jutaan, toh itu sebagai investasi kerja juga.
Ala kulli hal, any way, sebenarnya dari semua itu, ada satu kitab, yang sebenarnya tidak akan pernah membosankan, yang kalau dibaca mendatangkan kesejukan, yang selalu menunggu sentuhan kita, AL QUR’AN. Kalaulah membaca novel Da Vinci Code, saya bisa khatam dalam beberapa hari, Ronggeng Dukuh paruk dalam semalam, bisakah saya mengarahkan diri saya dan keluarga untuk merubah kebiasaan membaca buku, menjadi kebiasaan membaca Al Qur’an, yang juga akan khatam hanya dalam hitungan hari???

Saturday, November 11, 2006

MAAFKAN MAMA YA DIK.....

Mulanya hanya satu bintik saja. Yang berisi cairan bening disekitar "nenen..", sebutan Azul untuk daerah kemaluan. Entah kenapa kok bisa jadi bernama nenen, karena dulu kata nenen dipakainya kalau mau minta asi. Saya masih belum begitu ngeh, karena suhu badan Azul normal-normal saja. Sempat sih agak hangat, tutur ayahnya, yang beberapa hari belakangan memang tidur dengan Azul. Memang kedua "boys" ini sedang kompak. Kemana-mana berdua. Bahkan kalau malam hari, langsung saja Azul menuju kamar tidur belakang sambil menggandeng ayahnya. Dan herannya, semalam suntuk dia bisa tertidur pulas dipelukan papa Ando. Kalau tidur dengan saya dan Naila, pasti sekali dua kali terbangun minta minum atau nangis saja. Paginya saya perhatikan lagi tubuhnya,... lho kok lama-lama jadi banyak. Jangan-jangan....
Yup, ketika ke Medilink, klinik keluarga yang berpusat di Perancis, dokternya meyakinkan kita kalau Azul terserang varicela alias chicken pox, alias cacar air. Orang jawa bilang cangkrangan. Kaki saya langsung lemas, ingat kalau ini semua kesalahan saya. LAgi-lagi sebuah keteledoran. Jadwal Azul untuk mendapatkan vaksin varicela sebenarnya sudah sejak bulan April lalu. Tapi karena tak ada persediaan baru sekitar Juni vaksin itu bisa didatangkan dari Malta. Tapi ketika kita ke Medilink untuk vaksinasi, suhu tubuh Azul 37,8 derajat untuk suhu telinga. Suhu telinga 0,5 derajat lebih tinggi dari suhu tubuh, jadi kira-kira 37,3. Dokter menyarankan untuk kembali 3 hari lagi. Ketika suhu benar-benar aman untuk menerima suntikan kuman yang dilemahkan tersebut. Tapi ternyata hari-hari berikutnya Azul pilek. Saya ganti yang tidak berani. Jadilah jadwal vaksin pun tertunda lama, karena kami kemudian mudik ke Indonesia dan disana, anak-anak bergantian sakit. Praktis hal itu sempat terlupakan karena kami mudik ke Indonesia dua kali, dalam dua bulan, karena kakek wafat.
Dan kini, semua sudah terlambat. Tak ada yang perlu disesali. Yang harus saya lakukan adalah merawat bintik-bintik yang ada di tubuh Azul, agar tidak menjadi infeksi, serta mengkarantinanya agar tidak menular ke orang lain. Daerah terparah memang sekitar kemaluan, karena tertutup diapers. Tetapi disekitar muka dan lengan tampak bersih. Dokter hanya memberi obat alergi untuk mengurangi gatal dan cairan antiseptik untuk merawat luka pecahan bintikan tersebut agar tidak berkembang jadi infeksi yang parah. Karena bekas luka yang terinfeksi akan menyebabkan bekas luka yang bsia terbawa sampai dewasa. Kasihan juga Azul, kalau Naila dan papa Ando mau pergi keluar, dia buru-buru mangambil sepatu karena ingin ikut juga. Jadilah berbagai cara dilakukan untuk menghiburnya. Apalagi minggu ini dia harus istirahat dirumah dulu, tidak pergi ke playgroup. Papa Ando dan mbak La pun membelikan es krim untuk adik Azul. Mbak La, yang biasanya kebagian menghabiskan sisa es krim adik, kini harus gigit jari...ternyata sekarang satu es krim sudah bisa dilahapnya sampai habis!
Serangan cacar air ini mengingatkan saya bahwa saat ini jadwal perulangan bermacam-macam vaksin untuk Naila. Belum-belum saya sudah pesimis duluan. Tidak mudah membawa Naila ke dokter. Apalagi untuk menerima vaksin. Naila sudah trauma dengan dokter karena dari kecil sudah kenyang dengan treatmen dan periksa lab gara-gara tidak mau makan sampai usia dua tahun dan problema susah buang air besar. Dulu Naila juga sempat punya kolesterol yang tinggi, sampai angka 435. Satuannya saya lupa. Tiba-tiba saja sekarang angka kolesterol itu normal. Tapi saya tetap tak boleh lengah. Telur kesukaannya harus dibatasi. Entah kenapa dirumah kami, telur adalah makanan favorit. Papa Ando juga harus diawasi kalau sedang ada acara makan-makan dan ada menu telurnya. Kadang-kadang suka sembunyi-sembunyi mengambil lebih dari satu....
Bicara tentang cacar air, saya teringat ini adalah penyakit yang menyambut kita pada-pada minggu pertama kepindahan di Libya, menyerang papa Ando. Naila sendiri sudah divaksin, dan saya, tampaknya juga sudah pernah terkena serangan ini, karena saat itu saya aman-aman saja tidak tertular. Saat itu ada kunjungan Megawati yang menjabat sebagai presiden Indonesia ke Libya. Jadi kita tidak ikut terlibat dalam hiruk pikuk menyambutnya, karena toh suami harus dikarantina. Saya sendiri tanpa kehadiran suami disana, malas rasanya ikut terlibat. Dan saya pikir ini saatnya suami membutuhkan kehadiran kita, untuk menemaninya dan merawatnya. Saya bandingkan dengan yang dipunyai Azul, bintik-bintik pada kulit papa Ando saat itu lebih besar, bahkan ada yang membekas sampai sekarang. Memang menurut referensi, kalau menyerang pada orang dewasa, akan lebih parah. Bahkan bisa terkena komplikasi.
Penyakit cacar air pernah pula menyerang teman-teman di kampus saya, Teknik Kimia UGM, tahun 1991. Saat itu kami sedang bepergian dalam rangka kuliah kerja ke Palembang, naik bus. Kami mengunjungi pabrik pupuk Sriwijaya, juga beberapa pabrik lainnya. Mampir pula kami di Lampung ke pengalengan nanas dan pabrik semen. Daya tahan tubuh yang lemah karena badan capai, membuat virus penyakit ini mudah menyerang. Penderita pertama adalah Anton, si kacamata. Dia terpaksa harus tinggal di Palembang dulu sampai kondisi tubuh membaik dan pulang ke yogya naik pesawat. Alumni di Pusri yang membiayainya. Ternyata ketika kita sudah pulang dan beraktifitas normal lagi di kampus, bergantian jatuh korban. Diimulai oleh Rini, dan diakhiri oleh Zumrodah yang komplikasi serangannya cukup parah, karena sampai menyerang organ hati dan sampai di opname di rumah sakit. Secara bergurau, kami membuat nomor C-1 untuk korban cacar air pertama, dan angka berakhir di C-12 untuk Zumrodah. Ini adalah kenangan getir yang tidak akan terlupakan, tiap hari kami penasaran siapa saja yang akan jatuh sebagai korban selanjutnya....
Ketika seseorang sudah terkena cacar air, maka kekebalan yang akan didapatkan adalah kekebalan seumur hidup. Tetapi bila belum terkena posisinya belum aman. Akan tetapi, adalah salah, kalau ada pendapat berdekat-dekat dengan penderita agar terkena dan untuk selanjutnya aman dari penyakit itu, karena saat ini sudah ada vaksin untuk mencegahnya. Makanya kajian qur'an kami yang sedianya akan dimulai sabtu ini, terpaksa diundur karena om Choirin sang pengajar belum yakin apakah pernah terkena atau belum. Begitu juga Om Arfan, mahasiswa kuliah Dakwah Libya, yang akan berkunjung kerumah Jumat kemarin, juga kami yakinkan dulu, pernah terkena atau belum. Katanya sih sewaktu kecil pernah terkena cacar, tapi kurang yakin jenisnya. "Entah cacar air, udara, ataukah tanah...."guraunya. Sehubungan ada hadits yang melarang untuk mendatangi daerah yang sedang ada wabah, maka si om yang berusaha menjalankan agama sesuai dengan tuntunan qur'an dan hadits inipun mengurungkan niatnya......

**********************************************

Berikut ada artikel dari tabloid nakita tentang cacar air, edisi nomor 392 tahun ke VIII.


BILA SI KECIL TERKENA CACAR AIR
Memang bisa sembuh sendiri, tapi sebaiknya orang tua tetap waspada. Adakah upaya menghindarinya ?
"Aduh, anakku kena cacar air, nih. Yang aku takutkan, nanti akan ada bekasnya. Anakku, kan, perempuan," ujar Ibu Ida panik. Kepanikan serupa mungkin pernah juga dialami oleh Anda di rumah saat si kecil terkena cacar air.
Menurut Dr. Tb. Rahmat Sentika, SpA, MARS, cacar air atau chicken pox adalah infeksi virus yang biasanya menyerang anak-anak. Virus ini menyerang kulit dengan membentuk lesi (luka) yang berisi cairan (serous).
Infeksi virus ini biasanya menyerang anak berusia 9 bulan ke atas. "Pada beberapa kasus, cacar air juga bisa menyerang orang-orang dewasa. Tetapi, makin dewasa biasanya makin berkurang." Bayi berusia di bawah 6 bulan jarang terkena penyakit cacar air, karena masih memiliki kekebalan dari ibunya. "Nah, pada usia 8-9 bulan, bayi tidak lagi memiliki kekebalan dari ibunya," lanjut Rahmat.
Penyebab cacar air adalah virus varicella. "Pada cacar biasa virusnya bernama Variola. Cacar variola lebih berat daripada cacar air. Pada cacar variola, lukanya berisi nanah, sedangkan pada cacar air, lukanya berisi cairan," ujar dokter anak dari Klinik Medika Bayuadji, Jakarta ini. Penyakit ini ditularkan melalui udara dan sampai saat ini masih sering menjadi wabah di beberapa tempat dan belum bisa dihapus.
Penyakit cacar air merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Penderita cacar air akan menjadi sumber penularan bagi orang-orang di sekitarnya. Cara penularan cacar air bisa melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara. Karena itu, penderita sebaiknya dipisahkan dari orang-orang di sekitarnya, khususnya anak-anak. "Karena anak-anak akan lebih cepat tertular. Orang dewasa memang jarang terkena cacar air, tetapi begitu kena biasanya akan lebih berat daripada jika yang terkena anak kecil. Pasalnya, daya tahan tubuh orang dewasa sudah semakin berkurang," lanjut Rahmat.
INFEKSI SEKUNDER
Gejala cacar air antara lain panas tinggi yang berlangsung sekitar 3 hari sampai satu minggu. Kemudian, setelah panas turun, muncul bintik-bintik yang dimulai dari daerah sekitar dada dan kemudian menyebar ke lengan dan kaki. "Gejala lainnya adalah gatal pada bagian kulit yang luka," lanjut Rahmat.
Biasanya, pada cacar air juga akan terjadi infeksi sekunder, karena pecahnya lesi (luka) di kulit yang kemudian terkena infeksi bakteri. "Akibatnya, kulit jadi sering rusak," ujar Rahmat. Cairan atau serous di dalam luka si penderita sifatnya infectious (menular), sehingga jika luka pecah, akibatnya akan menyebar ke bagian lain dari kulit. "Akibatnya, hampir seluruh bagian tubuh pun akan terkena. Biasanya yang paling sering terkena adalah kulit di sekitar punggung lengan, karena kulit di bagian ini lebih tipis," ujar Rahmat.
Timbulnya infeksi sekunder juga akan membuat panas tubuh penderita enggak turun-turun. "Seolah-olah panasnya menetap, meski tidak terlalu tinggi dan tidak sampai normal. Ini biasanya berlangsung sekitar satu minggu," lanjut Rahmat. Baru setelah itu, pada minggu kedua, akan terjadi masa penyembuhan. "Sebetulnya penyakit cacar air termasuk penyakit yang bisa sembuh sendiri (self limiting disease). Jadi, nggak diobati pun akan sembuh sendiri," ujar Rahmat.
Kemudian, karena disertai dengan radang tenggorokan atau infeksi saluran pernapasan, maka penderita perlu juga waspada pada kemungkinan terkena radang paru-paru (pneumonia). "Karena terjadi infeksi sekunder, maka perlu juga diperhatikan kemungkinan terjadinya infeksi meluas," ujar Rahmat.
Meski bukan termasuk penyakit berat, tetapi perlu juga diwaspadai kemungkinan cacar air timbul di bagian tubuh yang berselaput lendir, misalnya di tenggorokan atau mata. "Tetapi ini jarang terjadi," lanjut Rahmat.
SERING MANDI
Menurut Rahmat, sampai saat ini belum terdapat obat-obat antivirus yang efektif untuk mengurangi atau menyembuhkan penyakit ini. Walaupun demikian, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi penderita cacar air. Antara lain, jika masih terdapat luka berisi cairan (serous), sebaiknya jangan dipecahkan. "Kalaupun sudah pecah, sebaiknya hindarkan jangan sampai terjadi infeksi sekunder," ujarnya.
Rahmat juga menganjurkan supaya penderita sering-sering mandi. "Banyak orang yang keliru, justru melarang anaknya yang terkena cacar air mandi." Padahal, lanjut Rahmat, "Dengan mandi, tubuh akan menjadi bersih dan mencegah timbulnya infeksi kuman yang masuk melalui luka. Kalau perlu, mandi 4-5 kali sehari dengan menggunakan sabun antiseptik. Selain itu, mandi juga akan mengurangi gatal," ujar Rahmat. Yang perlu diperhatikan adalah berhati-hati saat mandi supaya pada bagian yang luka tidak sampai pecah. "Karena itu, pada bagian-bagian yang terkena sebaiknya jangan digosok keras-keras," lanjut Rahmat.
Karena infeksi sekunder tak bisa dihindari, maka penderita sebaiknya juga diberi obat-obat antibiotik. "Bahaya infeksi sekunder adalah munculnya bekas pada kulit seperti bopeng-bopeng. Pada cacar biasa, bopeng ini akan lama hilang dan bahkan tak bisa hilang. Tetapi pada cacar air, bopeng ini akan hilang, tergantung seberapa lesi-nya," lanjut Rahmat.
Penderita sebaiknya juga diberikan antivirus yang kini sudah banyak tersedia. "Meski efektifitasnya masih sering diragukan, tetapi kebanyakan dokter akan memberikan obat-obat antivirus ini." Malah, sekarang antibiotik atau antivirus ini ada yang sifatnya topikal atau langsung diberikan berupa salep. "Sehabis mandi, kulit yang sehat diberi bedak cair, sementara pada kulit yang luka diberi salep tadi."
IMUNISASI
Pada umumnya, lanjut Rahmat, karena sifat penyakit ini yang self limiting disease, "Maka yang terutama harus diperhatikan adalah meningkatkan kemampuan tubuh untuk membentuk sistem kekebalan."
Biasanya, penderita yang sudah terkena cacar air akan membentuk sistem kekebalan sehingga tidak akan kembali terkena cacar air. Dulu, muncul pengetahuan yang salah di kalangan masyarakat. "Katanya, kalau ada penderita yang terkena cacar air, deketin saja sehingga ia juga akan terkena. Kalau sudah kena, kan, jadi kebal. Cara ini sebetulnya nggak perlu dan justru berbahaya," tuturnya lagi.
Mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori dan protein serta istirahat yang cukup juga akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh penderita. "Kalau perlu berikan beberapa vitamin dan buah-buahan segar. Dengan cara-cara ini, maka lamanya penyakit akan bisa diperpendek. Kalau biasanya berlangsung dua minggu, maka dengan cara ini mungkin hanya 4 hari," ujar Rahmat.
Untuk mencegah kemungkinan terkena atau tertular cacar air, bisa diberikan imunisasi Varilrix. "Imunisasi sebaiknya diberikan pada usia 9 bulan ke atas, karena pada usia ini bayi sudah tak lagi memiliki kekebalan tubuh dari ibunya. Dan imunisasi ini biasanya diberikan setelah program imunisasi dasar lain diberikan, misalnya imunisasi campak," ujar Rahmat.
Sayang, biaya untuk imunisasi Varilrix cukup mahal, yakni sekitar Rp 300 ribu. "Sehingga hanya orang tertentu saja yang bisa membayar imunisasi Varilrix," lanjut Rahmat. Yang penting, saran Rahmat, makan cukup makanan bergizi serta banyak istirahat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. "Ini merupakan pencegahan yang terbaik."

Hasto Prianggoro . Foto : Iman Dharma (nakita)
PERTOLONGAN YANG DILAKUKAN
Apa yang harus Anda lakukan ketika anak Anda terkena cacar air? Dr. Miriam Stoppard dalam bukunya Perawatan Bayi dan Anak menganjurkan beberapa hal, di antaranya:
* Segera ke dokter
Tujuannya untuk memastikan anak Anda menderita cacar air atau bukan. Segera berobat jika timbul kemerahan dan bengkak pada bintik-bintik yang menunjukkan terjadinya infeksi, atau bintik-bintik terus menerus digaruk. Selain itu, segera berobat jika anak demam atau sakit kepala sewaktu bintik-bintik sudah menyebar ke seluruh tubuh dan keadaan anak mulai membaik.
* Olesi losion
Untuk mengurangi rasa gatal yang dirasakan penderita, Anda bisa mengatasinya dengan mengoleskan losion kalamin pada bintik-bintik atau memberi kompres hangat dengan larutan soda atau bikarbonat.
* Sering ganti popok
Jika si kecil masih memakai popok, popok harus sering diganti. Atau jika mungkin, jangan gunakan popok dulu supaya bintik-bintik cepat kering.
* Gunting kuku
Kuku sebaiknya juga dipotong pendek dan larang anak supaya jangan menggaruk.
* Isolasi
Yang juga harus dilakukan adalah sedapat mungkin menjauhkan penderita dari anak lain. Kalau perlu, larang ke sekolah dulu sebelum semua bekasnya hilang.
Hasto

Thursday, November 09, 2006

ADA YANG PERGI LAGI??



Belum hilang ngantuk akibat tidur telat karena jajan baso di Regatta W 274. Eh ada berita kalau Santi dan Murojab akan pulang ke Indonesia, kamis 9 nop ini, bersamaan dengan kepulangan Hany. Murojab akan ikut tes penerimaan karyawan Deplu. Apabila diterima dia harus ikut pendidikan lanjutan, jadi kemungkinan tidak akan balik lagi ke Libya. Apabila gagal dalam tes, maka dia akan balik ke Tripoli sebulan lagi, insya allah. Wah saya dan mbak Defi bingung mendoakannya. Kalau lolos tes, kita yang disini kehilangan dia. Tapi kalau gagal, ah, jangan sampailah, karena itu adalah lompatan karier untuknya. Jadi, doa kita adalah minta diberikan yang terbaik untuknya. Karena, seperti tersebut di qur’an, apa yang kita anggap itu buruk, mungkin sebenarnya itu baik untuk kita. Tapi apa yang kita anggap itu baik, belum tentu itu baik untuk kita. Hanya Allah yang tahu…


Murojab adalah alumni Kuliah Dakwah di Libya. Semasa mahasiswa, kadang-kadang main kerumah kita, bersama-sama Rafiqie, yang kemudian mengajar kita untuk mendalami al-qur’an. Pernah pula beberapa kali bersama-sama dengan Irfan dan Yuni, mereka mengadakan diskusi agama di rumah. Senang mengikutinya. Jadi ingat waktu kuliah dulu, kadang ada pengajian angkatan yang mengarah ke diskusi seperti ini. Santy sendiri sampai hari Rabu kemarin masih tercatat sebagai mahasiswa disitu, kelas persiapan bahasa. Dulu Santy adalah alumni psikologi UMM. Saya sering berdiskusi dengannya tentang apasaja. Dari agama, buku-buku, masakan sampai psikologi anak. Enak berkawan dengannya. Dia juga penulis novel remaja Islami. Nama samarannya Qonita Musa. Biasanya santy kemana-mana dengan Shinta. Kadang orang juga tertukar nama memanggilnya. Kadang kita goda dengan iklan Citra, si kembar Shanty dan shynta.
Malam Rabu kemarin kita sempat kumpul dirumah. Asyik ngobrol, tiba-tiba waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. "Dik, sudah malam, kita pulang yuk."kata Murojab ke Santi. Bapak-bapak memang duduk diluar, sedang saya, mb defi dan santi-sinta ada didalam. Kita semuapun berdiri, eh ternyata habis itu ngobrol lagi..duduk lagi.... Kemudian dua kali Murojab melongok kedalam dari luar.. "Dik..." Eh, bisa tertangkap kamera ternyata...

Ada banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di sini. Kira-kira 70 an.Insya allah akan datang lagi rombongan baru. Enak sekali jadi mahasiswa disini. Sudah gratis SPP, gratis pondokan dan makanan, eh masih diberi uang saku perbulan. Siapa sih yang tidak mau seperti ini? Saya ingat waktu kuliah dulu, harus pintar-pintar mencari uang saku tambahan. Selain uang saku bulanan dari orangtua, sebenarnya masih ada subsidi bulanan dari kakak-kakak yang cukup lumayan. Tapi dasar saya boros, sudah makan pagi dirumah, teman-teman yang kos jajan di kantin bu Gadjah, dekat jurusan kita, eh saya ikutan makan lagi. Herannya kok ya tidak bertambah gemuk.
Kalau ingat bu Gadjah, saya akan ingat triknya Om Budi yang sekarang sudah disini, makan nasi pecel, minta kuah gulai yang banyak. "Mbak tambah kuah gulainya dong!", mbak pramusaji yang sayang pada om budi pun menambahkan kuah gule ke piring dengan senyum. kita?jangankan minta tambah, minta dicepetin pelayanannya pun sudah dicemberutin! kadang-kadang dari kuah ada yang daging yang terikut, wah happy deh. Jadi tak perlu lagi lauk tambahan. Saat itu , kira-kira tahun 1988-1993 harga perporsinya Rp 250,00-Rp 400,00.
Dulu saya sempat ngelesi anak-anak SMA. Les kimia, matematika ataupun fisika. Honor tambahan yang didapat bisa untuk beli kaset, beli pernik-pernik dsb. Kalau uang bensin dan fotokopi, ya minta orangtua dong….
Kalau Papa Ando, waktu kuliah dulu cukup kaya raya untuk ukuran mahasiswa. Karena honor yang didapat dari ngajar bahasa Inggris di LIA cukup lumayan. Guru yang lain benar-benar mencari nafkah disitu, dia hanya kegiatan ekstra saja. Memang sih, sibuknya luarbiasa. Paling saya ketemu dengannya di weekend saja. Itupun datang dengan ransel besar, isinya setumpuk kerjaan atau tugas kampus. Jadi, apel malam minggu biasanya diisi dengan bikin lesson plan mengajar, mengoreksi pekerjaan siswa. Bahkan waktu bertugas sebagai asisten lab, harus mengoreksi hasil praktikum mahasiswa angkatan dibawahnya. Untunglah dulu sangat sibuk. Jadi kegiatan kita cukup positif. Selain itu, papa Ando juga dapat beasiswa mobil Oil yang cukup besar. Saat itu, papa Ando sudah mampu memberi uang saku tambahan untuk adik-adiknya. Sebagai pacarnya, tentu saja saya kecipratan rejeki ini. Kalau nonton film, papa Ando yang gengsian, selalu memaksa untuk membayar tiket masuk dan beli susu ultra coklat favorit kita. Demikian juga kalau pergi kerestoran, dipaksanya saya untuk selalu menerima traktirannya. Tentu saja saya tak mau langsung menerima. Kan gengsi juga dong….Lalu apa jatah saya? mbayar tiket parkir!
WARUNG BAKSO DI REGATTA




Makan baso rame-rame sering kita lakukan waktu sekolah di SMA dulu. Waktu kuliah juga sih, tapi tidak seheboh waktu masih di SMA. Minuman yang menemani kalau bukan es teh, pastilah es jeruk. Karena kalau dipadu dengan minuman lain, seperti es teller, es klamud, kenikmatan basonya jadi kalah pamor. Belum lagi kalau dipelototin yang kebagian nraktir, karena kan harganya lebih mahal. Warung yang paling sering kita kunjungi adalah baso kauman. Waktu itu, rasanya baso itulah yang paling nikmat. Apalagi lokasinya tidak begitu jauh dari sekolah. Karena terletak di kauman, kampungnya para santri, tentusaja baso ini memasang spanduknya besar-besar bertuliskan “Gilingan daging Handayani, dijamin halal”. Maksudnya daging bahan baso digiling di pusat penggilingan daging Handayani, yang dijamin halal, karena spesial untuk daging sapi. Konon ada pula penggilingan daging yang menerima penggilingan daging babi. Atau jangan-jangan daging tikus diterimanya pula seperti kasus yang heboh setahun lalu, baso tikus.
Selasa malam lalu, 7 nopember, kita juga beramai-ramai makan baso gratis, dalam rangka farewell Hany. Hany, dari schlumberger, yang ditugaskan sejak 4 bulan yanglalu, pulang ke Jakarta kamis 9 nop. Masih ada kemungkinan balik sih, tapi bisa juga tidak. Nah ada dua mbak Ami yang jualan, mb ami agus jualan baso, mb ami subhan jualan mie ayam. Warung buka dari jam 18.00-22.00. Ada dua jenis baso, baso urat made in Deny and baso halus made in mb ami agus. Dua-duanya enak. Minuman yang disediakan the hangat dan aneka macam jus serta softdrink. Kopi sengaja tidak ditampilkan, takut mata melek sampai larut. Kan paginya harus beraktifitas seperti biasa. Tamu yang hadir selain warga yang biasa muncul, ada yang spesial juga. Semua anak merubunginya. Skippy, kitty kecil punya Wolfy, datang didalam kardus besar, ditaruh dikamar sholat, samping kamar tamu. Azul yang gemas juga ingin melompat masuk, meraihnya. Segera Naila dan Nia berteriak, NOOO!!!!. Azul pun segera diamankan dari lingkungan situ. Pintu kamar ditutup rapat-rapat.

Akhirnya kegiatan Azul berganti naik turun tangga. Ada kegiatan lain sih, yang sempat jadi pusat perhaian. Azul gemas sekali dengan Melly. Jadi, Azul pun nyiumi Melly, dahi to dahi. "Tante dicium dong", goda tante2 lain, eh sambil senyum-senyum, tetap saja langkah terrah ke Melly, dan smok!, dahi azul ditempel ke dahi melly.





Meriahnya malam itu dimulai ketika mulai ditampilkan foto-foto piknik di gadamesh. Komentar yang keluar bermacam-macam. Mulai dari kamar pengantin, wahanya, saharanya, dan sorak sorai menyaksikan pasangan-pasangan yang mesra berfoto. Duh bikin iri saja! Piknik beramai-ramai memang menyenangkan. Kita dulu beberapa kali melakukan waktu tinggal di Comodoro Rivadavia. Dua keluarga saja sih. Tapi kesannya masih mendalam. Dibutuhkan toleransi yang cukup besar ketika bepergian bersama-sama. Kita harus bertenggang rasa pada kebiasaan masing-masing yang berbeda-beda. Terutama kalau membawa anak kecil, akan lebih enak kalau bepergiannya dengan family yang mempunya anak kecil pula. Kalau tidak, wah agak sulit penyesuainnya. Kecuali kalau toleransi antar pihak cukup besar. Ketika bepergian jauh, kadang akan menemui kendala-kendala. Nah disitulah kadang muncul sifat asli kita. Pergaulan sehari-hari hanyalah beberapa jam saja, dan dalam situasi yang nyaman. Tetapi dalam sebuah perjalanan, kendala-kendala yang ada akan membuat sifat-sifat asli yang tidak nampak, menjadi keluar kadang tanpa kontrol diri. Anak-anak yang rewel dan bosan dengan perjalanan, memancing amarah orangtua. Perkara finansial,memilih menu makanan atau restoran, prioritas obyek wisata yang akan dituju, kadang menimbulkan perselisihan. Gotongroyong mutlak diperlukan dalam kondisi ini. Ketika semua berjalan dengan mulus, ikatan persaudaraan akan bertambah semakin kuat, tetapi jika sebaliknya? Bisa dibayangkanlah....
Alhamdulillah, kenangan yang kita lewati dengan pergi rame-rame hampir semuanya indah. Semoga demikian juga bagi yang bepergian ke gadamesh.

Hany, 24 tahun, cukup aktif di pengajian Jumat. Pertanyaan yang dilontarkan cukup kritis. Sekali pernah hadir di pengajian Kamis pagi, dan membawa kesuasana haru. Dia bertanya tentang kewajiban berpakaian yang tertutup. Suasana di Tripoli, menurut dia sangat Islami, dan mengkondisikan dia untuk berpikir kearah itu. “Tapi saya takut, kalau nanti terus kenapa-kenapa…”, isaknya. Semua terpaku, diam… akhirnya para ustadpun mengeluarkan uneg-uneg. Demikian pula ibu-ibu yang lain. Jadilah acara pengajian hari itu semacam curhat. Semoga walau sudah jauh dari Tripoli, semangat yang diperolehnay disini tidak luntur. Tapi bahkan bertambah besar. Amien….

Tuesday, November 07, 2006


MICHU-MICHU

Michu-michu itu kucingku, suka duduk didepan pintu,kalau diberi sesuatu...dia bilang miu-miu! Itu adalah lagu favorit Azul. KAlau dinyanyikan lagu itu, dia akan mondar-mandir kepintu atau menengok di jendela dapur untuk checking adakah kucing kesayangannya yang berbulu 3 warna , putih, kuning dan hitam. Orang jawa menyebutnya kembang asem. Tentu saja kucing dengan campuran tiga warna berjenis kelamin betina. Dodo, panggilan kucing yang diberikan oleh Naila padanya, mengikuti jejak mbak Nia memanggil kucing yang suka datang kerumahnya. Tapi entah Dodo, Michu-michu ataupun pus, Azul tak ambil pusing. Dialah yang paling menikmati kehadirannya. Kadang dielus, kadang ditarik ekornya bahkan kadang ditendang. Dia tak sungkan pula untuk berbagi makanan dengannya. Asal melihat kehadirannya dia akan berteriak CATS!. Rupanya itulah panggilan yang diberikan padanya, karena itu pula yang paling mudah diucapkan.

Dulu Michu-michu benar-benar suka duduk didepan pintu. Tapi karena sudah tahu posisi dapur tepatnya dimana, sekarang gemar duduk di jendela dapur. Najat bilang, dia melakukan kontrol harian. Dia akan duduk disitu sampai diberi makanan. Kadang jengkel juga. Karena bisa seharian si kucing nongkrong disitu. Heran kok betah juga, tidak berniat mencari makanan di tempat sampah seperti kucing lain. Mungkin dia sudah suka rasa masakan Indonesia. Dulu sempat ada kucing lain yang juga suka datang kerumah, tapi mungkin karena tidak sesuai selera hidangan yang ada, dia tampaknya pindah ke lain hati.
Di Regatta memang banyak kucing-kucing liar. Walaupun liar jenisnya bagus-bagus. Bulunya juga bersih, meskipun kadang berkeliaran di bak sampah. Ada satu kucing yang suka main kerumah tante Defi, putih bersih warnanya, membuat gemas, ingin memeluknya. Tapi tentu saja anak-anak tetap saya larang untuk menyentuhnya. Dulu, waktu kecil saya selalu punya kucing. Ada yang bernama Iput, karena warnanya Item putih, Bobo, karena wajahnya mirip bobo kelinci kecil di majalah Bobo, juga pussy. Bahkan kalau tidur, kadang mereka suka dipelukan saya, atau diatas dada. Berbeda dengan kucing lain, rata-rata kucing saya tidak begitu memberontak kalau dimandikan. Tapi sekarang untuk berdekatan dengan seekor kucing? ah tak lagi-lagi....
Saya memang trauma dengan kucing. Sepuluh tahun yang lalu, ada cobaan yang menimpa kami. Anak kami yang pertama, Ocha, lahir dengan panas tinggi. Rupanya dia terkena infeksi TORCH, yang sangat ditakuti ibu-ibu hamil. TORCH adalah kepanjang dari Toxoplasma, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes. Kasihan Ocha, dia terkena keempatnya. Menurut pakde Joni, kakak ipar saya, dokter penyakit dalam spesialis infeksi, pintu infeksi memang unik. Sekali terkena salah satu jenis itu, maka akan terbuka kemungkinan untuk terkena infeksi yang lain.


Toksoplasma disebabkan oleh sejenis parasit, sedangkan Rubella, atau campak jerman, Citomegalovirus dan Herpes disebabkan oleh virus. Virus bisa didapat dari mana saja, bahkan bisa didapat dari udara bebas. Tempat-tempat umum, seperti misalnya kamar mandi umum juga media yang bagus untuk penyebarannya. Sebenarnya asalkan kondisi tubuh sedang bagus, maka hal itu bukan masalah. Bahkan kalaupun menginfeksi ibu hamil, resiko buruk yang ditimbulkan pada janin juga kecil prosentasenya. Tapi siapa yang tahu akan masuk dalam prosentase yang kecil atau tidak?
Herpes sendiri ada dua jenis, HSV1 dan HSV2. Bagi yang kurang paham, herpes seperti mengingatkan pada penyakit kelamin herpes, yang hanya disebarkan lewat hubungan kelamin saja, padahal itu hanya salah satu jenis herpes HSV2 saja. Makanya kadang orang malu untuk menjelaskan kalau terkena herpes, takut terjadi salah paham.
Penyebaran toksoplasma ada bermacam-macam. Bisa lewat lalapan yang tidak bersih dicuci, kucing, burung merpati, ataupun daging yang kurang matang dimasaknya. Menurut penelitian almarhum dr Suwardi ,ahli infeksi TORCH di yogyakarta, 80% daging kambing di yogyakarta mengandung parasit toksoplasma. Demikian juga kucing, rata-rata juga memiliki parasit ini. Memang parasit ini sangat bandel. Sudah ada dirumput, dimakan kambing, sampai keluar lagi lewat kotorannya, maupun menyebar ke daging kambingnya, mereka tetap berbahaya... Makanya untuk ibu hamil disarankan tidak makan sate kambing, lalapan mentah yang tidak bersih mencucinya, telur ayam yang tidak matang memasaknya. Ocha sendiri sempat hidup 33 hari. Lahir pada tanggal 10 Oktober 1996 dan meninggal 12 nopember 1996, karena gagal ginjal, akibat obat yang diberikan untuknya terlalu berat, bukan karena penyakitnya. Saya tidak tahu ini merupakan keteledoran ataukah sudah jalanNya. Kalau sedih teringat hal itu, saya akan menghibur diri, semoga itu merupakan tabungan kami diakherat nanti....Insya Allah.
SOUQ TSULATA


Hari Selasa, 7 Nopember, saya ditelpon mbak Defi, "Atik, mau ikutan ke pasar ikan tidak?". Wah, kesempatan nih, dikulkas persediaan ikan sudah menipis. Dengan Corry, teman dari philipine, kami pun segera menuju pasar ikan di dekat Dat el Imaad tower. Selesai belanja ikan, kami pergi ke souq tsulatsa, entah bagaimana penulisan yang benar, artinya adalah Pasar Selasa. Selain pasar Selasa, ada pula pasar Jumat, yang digelar tiap Jumat pagi, pusat jual beli barang bekas. Kami pernah pula sekali mengunjunginya bersama-sama tante Ani dan Pak JAtmiko suaminya yang bekerja sebagai staf KBRI. Disana berjumpa dengan Abdu, guru bahasa Arab saya. Dia terkejut melihat kami, "what are you doing here?" komentarnya. So, what are you doing too?
Souq tsulata adalah pusat perabotan rumah tangga, barang elektronik, sayur mayur, keperluan pertanian, tanaman, biji-bijian, plastik, dan segala macam jenis barang. Pasarnya cukup besar, dan dibagi perseksi jenis barang. Kalau datang sedikit kesitu, sulit menemukan tempat parkir. Jalanannya juga macet. Mirip daerah mangga dua. Disebelah kiri adalah pusat pertokoan lama, dengan pintu-pintu lebarnya yang dicat seragam berwarna hijau tua, warna bendera Libya. Sedangkan disebelah kanan jalan, bangunannya lebih baru. Yang kami tuju saat itu adalah pusat perabotannya. Corry perlu mencari pompa air galon aqua. Di souq tsulata, segala jenis barang bercampur jadi satu. Barang kristal yang di Indonesia dijual di mall-mall dengan harga yang mencekik leher, disini harganya lebih murah dan dijual dicampur dengan tumpukan toples, gelas-gelas murah, seringkali berdebu tak terurus. Sebenarnya barang-barangnya cukup bagus. Karena dekat dengan Italy, barang-barang yang dijual banyak yang merupakan impor dari sana dan harganya lebih murah karena Libya menerapkan pajak 0% atas barang impor. Sayang display barangnya kurang menarik, bercampurnya barang mahal dan murah jadi satu, memaksa kita untuk benar-benar teliti untuk mendapatkan barang yang bagus. Sendok makan disini juga lumayan. Murah dan bagus. Saya sudah bawa pulang ke Indonesia juga dua tahun yang lalu dan sampai sekarang belum pernah dipakai!


Dasar wanita, niatan beli pompa air, keluar masuk toko untuk mencari pompa bisa dapat macam-macam barang. Saya mendapatkan setrika untuk traveling yang mungil. Corry dapat ketel kopi untuk buat capuccino. Saya juga menemukan rice cooker and warmer, dari black and decker. Kelemahan saya adalah, kalau mau beli barang mikirnya terlalu panjang. Saya pikir, ah nanti saja hari Ahad, saat shopping day dengan Hakeem saya balik lagi kesitu. Apalagi saya teringat kalau ternyata papa Ando pulang untuk makan siang. Membeli barang kan memakan waktu sendiri. Buru-buru kami pun pulang. Segera saya telpon Najat untuk membuat sup, karena tak ada masakan untuk makan siang. Sesampai dirumah, beliau sudah nongkrong melihat siaran berita Euronews, sambil makan siang racikan sendiri, tuna campur keju dan entah apa, sementara sup belum matang karena potongan ayam yang dibuat Najat terlalu besar. Duh! Waktu saya cerita ke papa Ando tentang magic warmer itu, komentarnya, kenapa nggak dibeli sekalian Ma? Yeah....

SOUQ HUUT

Asyiknya tinggal di Tripoli, disini ada tiga pasar ikan, yang cukup lumayan. Yang ada disamping pelabuhan kecil, dekat Daat el Imaad tower, dimana kantor REPSOL berada, sangat menarik hati. Ikannya betul-betul fresh. Min al yaum, mereka bilang. Maksudnya ikan hasil tangkapan hari ini. Cara penjualannya juga masih tradisional. Tanpa lemari pendingin, dan pada hari bercuaca panas, akan ditaruh bongkahan-bongkahan kecil es batu. Disini sistem jual beli masih pakai tawar menawar. Untuk yang berwajah bule tentu saja dipasang sedikit lebih tinggi, tapi kita yang berwajah asia pun juga sama, kena kenaikan harga. Ke pasar ikan sini, butuh sedikit keahlian nawar dan memilih. Karena tanpa pendingin, dua kali saya pernah dapat ikan yang sudah tidak segar. Papa Ando alergi masuk pasar sini. Sayangnya,disinilah kita akan sering mendapatkan udang kecil. Ditempat lain sulit ditemukan. Setelah membeli ikan, biasanya ada laki-laki yang akan menawarkan jasa membersihkan ikan. Tarif tetapnya saya tidak begitu pasti. Kadang 1 dinar perkilo, kadang 0,5 dinar. Berapapun, asal tidak keterlaluan, biasanya kita akan kasih saja, karena tidak semua memakai jasa mereka, jadi pendapatan mereka tidak besar. Sedang pasar ikan di Souq Jum'ah, dekat rumah tante Ani dulu, sedikit keluar kota, mereka pakai sistem kios lengkap dengan lemari pendingin. Harganya sedikit lebih mahal, tanpa perlu tawar menawar, tapi lebih aman, kalau sudah tidak layak, mereka tidak akan jual ikan tersebut. Bahkan cara membersihkannya pun lebih bagus. Lebih bersih, lebih rapi, dan potongannya seragam. Tempat ini favorit papa Ando. Dulu, sebelum ada kegiatan Jumat di KBRI, kita sering pagi-pagi belanja ke pasar ini. Wah kalau papa Ando yang kepasar ikan, harus diawasi ketat dompetnya, karena mudah tergiur tawaran penjual. Tahu-tahu sampai dirumah, freezer sudah tak muat lagi.
PAsar ikan yang satunya ada di Rasyid. SAya tidak begitu yakin Rasyid itu nama jalan ataukah nama pasar. Sekali saya pernah kesana, berdua dengan mbak Yuni, dengan niatan membeli bebek. Diantar Walid, driver langganan, kami keluar masuk mencari bebek. Ternyata bebek yang ada dijual bercampur dengan binatang-binatang peliharaan, ada ular, anjing, kucing, monyet. Bebek yang kami pilihpun kemudian disembelih. Wah kebayang tidak, kalau ada orang yang milih monyet, bukan bebek, dan kemudian minta disembelih sekalian?
Disebelah kirinya, ternyata ada pasar ikannya, yang dijual dengan cara menaruhnay diatas meja bertumpuk-tumpuk, seperti cara penjualan di pasar prawirotaman, dekat rumah yangti di yogya. Saya tidak tahu persis tentang pasar ikan ini, karena waktu itu saya hanya melihat sekilas saja. Karena pasar Rasyid terletak di area yang pikuk, saya memutuskan sekali saja kesitu dan insya allah tak akan lagi kesitu....


Ikan yang ada di Tripoli cukup beragam Penduduk sini juga suka makan ikan. Ada ikan yang namanya menani, biasanya dipakai untuk kus-kus, kadang mereka juga memakai baby shark, alias bayi hiu. Saya pernah makan siomay yang dibuat dari hiu. Enak juga. Sedang Naila, sehabis makan siomay itu saya beritahu kala dibuat dari bayi hiu, dia segera menangis. Membayangkan yang tidak-tidak mungkin. MAsak sih makan kok ikan hiu....
Tengiri, atau palometa, sangat mahal disini, harganya berkisar 24 an dinar sekilo. Kalau dikali 7500 rupiah, wah wah.... Pempek mau dijual berapa kalau modalnya saja cukup mahal?
Ikan kegemaran papa Ando namanya ikan rape. Kepalanya bisa dibuat sup, badannya untuk digoreng dengan tepung roti. Ikan ini tidak berduri, dan punya dua antena dikepala yang beraliran listrik, berbentuk seperti monster. Orang-orang spanyol sangat gemar ikan ini, karena tidak berduri. Muy bueno para los chiquitos, atau dengan kata lain, bagus untuk anak-anak..... pantas papa Ando suka....

Saturday, November 04, 2006

HABIA UNA VEZ UN AVION…

Kalau mama Atik saat ini kadang sudah mulai berebut kerudung, parfum atau pun make up dengan Naila yang makin bertambah besar dan mau ikut coba-coba meniru mamanya, maka papa Ando terkadang juga berebut pesawat dengan Azul. Azul memang sangat menyukai pesawat, segala bentuk pesawat, baik yang berupa gambar di majalah atau buku cerita, boneka pesawat maupun mainan pesawat yang bisa berjalan dan berbunyi serta miniature- miniature pesawat. Yang terakhir inilah yang suka bikin masalah, jadi ajang rebutan antar bapak dan anak.
Papa Ando punya koleksi miniature pesawat terbang. Sebagian besar ada dirumah Maredan, Berbah, Yogyakarta. Ada sebagian yang masih tersimpan disini, dan disimpan rapat-rapat didalam lemari. Pesawat miniature terkecil berasal dari Maroco, makin lama terlihat makin kusam, karena dilempar-lempar oleh Azul. Sedangkan miniature terbesar tadinya Adam Air, yang berumur hanya dua jam saja, karena begitu terpegang Azul langsung dibanting sambil bilang “cah..cah..cah…”dan akhirnya pesawatpun luluh lantak. Akhirnya, semua miniature pesawat disimpan rapat-rapat. Kalau lagi kangen, papa Ando kadang memajangnya di lemari pajangan, untuk dipandang-pandang. Mungkin waktu kecil papa ingin punya mainan seperti ini dan baru kesampaian sekarang.
Mainan pesawat kesayangan Azul sendiri adalah miniature KLM yang bisa berjalan dan berbunyi. Bunyinya sangat menarik ditelinga, tetapi menurut kapten Hadi, pilot pesawat Khadafi yang berasal dari Indonesia, kalau bunyi pesawat take off seperti itu, bisa-bisa pilotnya bercucuran keringatnya. Karena itu berarti ada problem di mesin pesawat…he2 bisa aja.


Lagu tentang pesawat pun jadi kegemaran Azul. Sambil pegang pesawat kadang dia menyanyikan nada-nada lagu …habia una vez un avion….ada sebuah pesawat… yang ingin terbang…..keatas kebawah keatas kebawah….
Kamis kemarin, 2 Nopember, pesawat kesayangan Azul, dari KLM tersebut dicelup-celupkan oleh Azul kedalam WC. Hiik..jijik ya. Mungkin karena frustrasi melihat mama yang sibuk menyiapkan pengajian ibu-ibu yang akan diselengarakan dirumah, Azul pun berkreasi memandikan pesawat. Pesawat yang sulit dilepas batereinya karena berbaut khusus itupun akhiirnya korslet dan berbunyi sepanjang waktu tanpa bisa dihentikan…..
Hobi diwaktu kecil kadang bisa terbawa sampai besar. Bisa-bisa adik Azul nanti ingin jadi pilot pesawat sebagai profesi seperti pak Hadi, atau sebagai hobi saja, seperti John Travolta yang punya koleksi Boeing …..Tentu saja pilot yang sholeh ya dik? Insya Allah.


BAZIN

Pada umumnya papa Ando menyukai makanan khas Libya, atau pun Afrika Utara, selain makarona tentunya. Makarona adalah nama lain dari jenis pasta. Sudah capek makan pasta di Las Heras, tempat bertugas papa Ando dulu. Disana, karena tinggal di hotel dan makan di restoran selama hari kerja, sering menu yang dihadapinya adalah pasta, dan itu membuatnya jenuh.
Kus-kusi, Ruz bil lahm haruuf atau nasi kambing, brak, nasi yang dicampur daging giling dan dibungkus daun silk, kepala kambing, usban dan masih banyak lagi…semua digemarinya. Tapi yang menjadi favorit adalah Bazin.
Kalau ada undangan dari teman kantornya, papa sering minta menu khusus bazin. Idih memalukan ya?
Hari Kamis seminggu yang lalu, Adel Ajeli, mengundang kami sekeluarga plus Om Fauzi untuk menikmati bazin. Sesampai disana, ternyata istri Adel yang bernama Najiha belum mulai memasak bazin. Dia menunggu saya untuk memulai memasaknya. Mungkin kasihan karena dilihat papa Ando senang sekali dan saya tak bisa menyiapkannya, jadi ingin mengajari saya. cooking class nih ceritanya...hmm...biar gak milih menu bazin kali ya.....
Cara memasak makanan yang mirip bubur padat ini sederhana sekali. HAnya panci yang berisis air mendidih dimasuki tepung wheat dan didiamkan selama 45 menit, untuk kemudia diaduk-aduk. Aduh, butuh tenaga yang kuat untuk mengaduknya. Posisi kedua kaki NAjiha menjepit panci yang masih panas. Duh, tega nian dikau papa Ando...kasihan deh. Berat sekali, karena bazin kental sekali, sehingga kalau diaduk-aduk panci akan bergeser-geser. Saya pikir kalau melihat cara memasaknya, pastilah permintaan bazin akan berhenti. Gak tega! Memang ini sebenarnya lebih pas untuk pekerjaan laki-laki. Butuh tenaga ekstra. Nah bubur bazin ini kemudian dimakan dengan daging , bisa daging kambing, sapi maupun onta yang dimasak merah dengan saus tomat dan bawang merah besar, seperti lazimnya kus-kus atau nasi kambing. Bazin sendiri menurut Adel seraj, guru bahasa Arab saya, sebetulnya adalah makanan sahara. Jadi para perantau padang pasir jaman dulu selalu membawa wheat untuk memudahkan menyiapkan makanan serta awet dibawa diperjalanan. Cara makan adalah ditaruh diatas panci besar, kedua jari, yaitu jari telunjuk dan jari tengah dipakai untuk menghantar makanan sampai di ujung mulut. Tentu saja jari-jarinya berjingkatan karena kuahnya masih panas. Buburnya dicampur dengan kuahnya, diremas-remas dengan ujung jari agar rata, dan dipakai untuk menyelimuti potongan kecil daging. SAtu piring besar ini , biasanya dikelilingi 4 orang. Jadi mereka makan berjamaah. Om Fauzi, yang notabene keturuna Arab, masih belum tega makan, sepertinya jijik melihat jari yang bergantian masuk, walau sudah ada pembagian area. Nah papa lah yang paling bersemangat. Begitulah, berulang-ualang jari masuk menjuput makanan, sampai akhirya kami sampai tahap upacara makan yang terakhir, yaitu menjilati jari-jari, sebagai bentuk penghormatan kepada yang menyiapkan, bahwa makanan ini sangat enak.
Saya yang satu piring dengan Najiha di kamar sebelah, belum bisa menghabiskan. Azul tampaknya setali tiga uang dengan papanya. Dia juga lahap sekali makan bazin. Duh, bisa-bisa sebentar lagi saya diminta untuk mencoba mempraktekkannya. Siapa mau bantu??

ALHAMDULILLAHIROBBILAALAMIIN

Ceritanya, kami makan malam didaerah Zaawiyah.disana memang dijual kambing barbeque. Kami mengenalnya ketika pulang dari pulau Farwa, bu Totok memperkenalkannya pada kita. Rasanya enak sekali. Crispy dan lembut. Saat mulai makan, papa Ando sudah berbisik,, “kapan-kapan kalau Budi sudah datang kita ajak ramai-ramai dengan Fauzi dan mas Ichsan ya?. Dan ternyata harapan itu bisa terwujud setelah jam 18.00 ada telpon dari om Ichsan mengajak makan kambing bakar itu.
Nah malam itu, anak-anak segera saya beri makan malam, dengan menu nasi goreng, setelah. itu kami pun berangkat. Beriringan, keluarga om Ichsan, dan Om Budi mengikut mobil kami yang berisi kami sekeluarga dan Om Fauzi . Naila dan azul sebelumnya sudah lahap makan malam, sehingga ketika kami sampai di warung kambing bakar, Naila sudah jatuh tidur. Azul, seperti biasa, memberontak ingin lari ke jalan raya. Dari situlah kelengahan dimulai.
Azul yang tadinya tenang-tenang saja digendong om Fauzi , begitu dipegang mama Atik, langsung berontak turun. Tenaga dia memang sangat kuat. Dan, akhirnya Azul pun mulai menggoda mama Atik. KAdang lari, kadang berhenti. Saat dia mencoba menghampiri pelanggan yang lain, tiba-tiba Azul lari menuju jalan raya yang cukup ramai saat itu. Hups! Untung ada tiga remaja yang sedang ngobrol dijalan raya. Alhamdulillah, Azul pun bisa tertangkap. Beberapa detik setelah itu wussss….. mobil kencang lewat bersusulan. Seluruh badan lemas rasanya. Deg-degan tidak bisa berhenti. Perut mendadak mulas, membayangkan kemungkinan yang bisa terjadi, bila tidak ditangkap oleh remaja tadi. Audzubillahimindzallik. Keteledoran kami, insya allah ini yang terakhir. Kita tidak pernah bisa menduga, kemana arah gerak anak. Kita pun kadang membayangkan bahwa kecelakaan hanya akan terjadi pada orang lain, bukan kita, sehingga kadang kita terlena. Inilah yang harus diwaspadai

Friday, November 03, 2006

OM BUDI DATANG!!!


Berkali-kali mama Atik mengucek-ucek mata, ooo memang benar Om Budi sudah sampai di Libya. Bercanda saja sih... Soalnya kan sempat Om Budi mengurungkan niatnya untuk hijarh kesini. Tapi akhirnya, ternyata sampai kesini. Alhamdulillah.
Om Budi, adalah sahabat papa. Teman kuliah, teman kerja waktu di Maxus dulu, sampai juga tetangga di Bekasi. Rumah kita satu kompleks, satu RT. Bahkan Om Budi sudah dikenal mama sejak masih kecil. Karena berasal dari tetangga kampung, kalau yangti Siti Asiyam, ibu mama Atik tinggal di Suryodiningratan, maka dulu ibu Om Budi tinggal di Mangkuyudan. Kakak Om Budi juga teman sekolah om Iwan, kakak mama. Bahkan eyang Mudirah, almarhumah, nenek Om Budi, adalah teman organisasi Aisyiyah yangti sekaligus merangkap guru ngaji yangti. Keluar dari kampung Suryo menuju jalan besar, akan langsung ketemu dengan rumah Om Budi, yang ada toko mungilnya. Karena Om Budi selalu rajin bantu jaga toko, tentu saja Mama Atik mengenalnya. Karena itulah, mama dan papa sangat gembira akan hadirnya Om Budi disini. Rasanya kebahagiaan masa lalu akan terulang lagi.
Memang, sejarah kehidupan kami banyak yang terukir bersama-sama. Mulai dari kehidupan kampus papa tentu saja, juga sampai jadi anak kos bersama-sama di kuningan Jakarta. Sama-sama cari makan malam, sama-sama bercanda, sama-sama pusing dengan ibu kos... Selain itu bersama-sama pula papa dan Om Budi jadi pelanggan setia kereta Eksekutif senja utama, sama-sama apel keluarga di yogya. Gelar PJKA melekat erat, Pulang Jumat Kembali Ahad...
Saat ini Om baru datang sendiri. Tante Ndari dan adik Adin masih di purwokerto. Menunggu visa tinggal selesai, baru kemudian dijemput. Semoga tidak perlu butuh waktu lama, seperti Om Fauzi yang baru belakangan ini selesainya. OM Fauzi membutuhkan waktu 4 bulan sendiri. Jadi adik Aisyah dan uminya, tante Fitriyah, harus menunggu lama di Indonesia, dan baru Rabu depan insya allah Om pulang menjemputnya.
Kok bisa ya, akhirnya setelah berpisah sejak tahun 1999, akhirnya kini berkumpul lagi. Semoga kedekatan lokasi ini, semakin mempererat persaudaraan kami. Persaudaraan yang didasarkan kecintaan kami kepada sang Khalik. Untuk bersama-sama meraih bekal dunia dan akhirat. Jangan sampai hadir kerikil yang mengotorinya. Amien...


INIKAH AKHIR CERITA?

Kamis pagi ini pengajian ibu-ibu yang rutin diadakan sejak oktober 2004, agak istimewa. Bertempat di rumah saya, Regatta G-68, dimulai dengan suasana yang sudah agak berbeda, sediihh.... Ceritanya, mulai tahun ajaran sekarang, pemerintah Libya menetapkan hari Sabtu sebagai hari libur nasional. Artinya rekan-rekan mahasiswa, yang bertindak sebagai ustadz pengajian kami, juga akan menikmati hari libur tambahan tiap sabtu. Asyik kan? Nah, tapi ternyata ada efek tidak langsung yang berimbas ke kelangsungan jalannya pengajian ibu-ibu. Karena hari sabtu diliburkan, maka, materi kuliah dipadatkan pada hari-hari lain. Hari kamis yang tadinya hanya 1 jam saja kuliahnya, sekarang berjalan sampai jam 14.00. Wow!!! So????
Itulah, sampai detik inipun masih belum ada solusi. Kalau pengajian dipindah ke hari jum'at, ada beberapa ibu yang tidak dapat menghadirinya, termasuk saya , yang harus menjaga Azul, yang kian laju larinya. Paling-paling saya hanya duduk 10 menit, habis itu putar-putar memngikuti kemana Azul mengayunkan langkahnya. Ada usulan dari pihak ustadz untuk memindahkannya di hari sabtu, atau sore hari. Is it possible? Papa Ando sudah mengijinkan untuk mengaji tiap sabtu pagi, tapi apa benar tega? Bukankah tiap sabtu pagi kita biasanya bikin acara spesial, entah bermalas-malasan bersama, atau jalan-jalan kepantai , ke park, atau makan sarapan di belakang setelah mama menyiapkan nasi goreng.. Aduh , rasanya kok tidak tega. Setelah dulu hari jumat pagi waktu santai tersita oleh kegiatan Jum'at masak sih, suami akan ditinggal untuk hari sabtunya... No..no..gak kena rasanya. kalaupun ada, akan saya ajak suami menghadirinya..he2...memang diijinkan oleh ibu-ibu lain?
Pengajian Kamis pagi, tidak mudah untuk menjaganya, jadi kalaulah akhirnya hilang kok sedih rasanya. Rasanya dari lembaga ini, pengetahuan saya bertambah banyak. Otomatis, insya allah keimanan pun bertambah dengannya. Media ini membuka mata saya, bahwa akhirat sama pentingnya dengan dunia. Dulu, pemahaman ini sering saya dengar. Tapi untuk benar-benar meresapi makna dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari kok masih belum mulusss....
Saya masih ingat ada beberapa pihak yang pernah membenturkannya dengan berbagai aktifitas yang lain, tapi kita masih tegak. Walau jumlah peserta turun naik, tergantung berapa yang ada, itu tetap tidak mengurangi kualitas maupun semangat kita. Sebagai perantau di luar, memang orang akan datang dan pergi. Jadi, kalaupun akhirnya kadang hanya dihadiri 3-4 orang, itu bukan penghalang. Ustadznya tetap semangat menularkan ilmu ke kita.
Sempat pengajian kita memanas, gara-gara tema yang dibahas adalah poligami. Saat itu memang kita sedang membahas tafsir al ahkam. Jadi tafsir tentang hukum-hukum dalam al qur'an. Aduh, itu kan terlalu berat. Mana ada sih istri yang dengan ikhlas merelakan suaminya ke orang lain. Kalaulah ada kisah Saad bin Rabi' yang dipersaudarakan dengan Abdurarrahman bin Auf, menawarkan hartanya, bahkan sampai memperkenankan untuk memilih salah satu istrinya (ouch!!!), maka,level keikhlasan itu belum ada pada diri kami... Tiga kali pertemuan , tak ada titik temu antar para ustadz dan peserta, akhirnya tema itu kita tutup, dan tidak boleh diungkit-ungkit lagi. Ustadz2 yang masih belia, yang belum menjalani kehidupan nyata, masih asyik dengan dunia kampus, masih terpesona dengan teori yang ada. Yang segala sesuatunya serba ideal. Kalau diingat-ingat, para istri rasululllah pun kadang saling merajuk. So, apa sanggup kita atau suami kita yang jauh dari keimanan mereka berbuat adil?? Ups, kok jadi membahas tentang poligami sih?
Oke, setelah itu, ketika pengajian kita benar-benar diisi dengan penekanan peningkatan keimanan, ketakwaan, dan sudah benar-benar menyejukkan jiwa, tiba-tiba ada kabar, bahwa sekarang sedang ada penghalang.... saya rasanya benar-benar kehilangan. Bukan hanya saya tentu saja, seluruh peserta, bahkan para ustadznya. Mudah-mudahan segera muncul jalan keluarnya. Insya Allah, Allah akan menunjukkan jalanNya.. Amien....

Thursday, November 02, 2006





RED AND YELLOW .......


“Mami, tomorrow you should come to our assembly… I’ll sing a rainbow”, kata Naila didepan pintu masuk rumah, sambil menghambur ke pelukan.. “ Do you know, there will be a story time, and miss noella become a monkey!!”..
Oke..oke.., tentu saja kami akan menghadiri performance Naila dan kawan-kawan. Siapa sih yang tidak bangga, melihat anak tampil berani berdiri didepan forum.
Ini adalah performance mereka yang ketiga. Setiap semester, memang anak-anak akan tampil kedepan. Melatih keberanian, mengembangka kreatifitas, dan tentu saja orangtua yang dating menghadirinya akan bangga melihat buah hati unjuk kemampuan.
Saya ingat pewrformance yang dilakukan pertama kali dulu, pada bulan Desember. Di pagi-pagi yang masih gelap dan dingin, kami bela-belain membawa Azul untuk menghadiri performance kakaknya. Wow, bangga sekali melihat Naila tampil dengan berani didepan, mata tak bisa lepas dari menatapnya. Setiap gerakan di shoot dan di abadikan dengan kamera. Rasanya seperti tidak percaya, Naila yang dulu smepat terisak-isak masuk kelas, akhirnya dengan penuh percaya diri, tampil didepan. Dan peran yang diembannya saat itu cukup banyak. Bahkan ketika utnuk assembly yang kedua, dia dipercaya sebagai story teller, karena lantang suaranya, dan pronounce Inggrisnya cukup bagus.
Nah..nah…karena kelas Naila yang sekarang ada parallel dua, dengan jumlah total lebih dari 20, tentulah peran Naila tidak akan sebesar sebelumnya. Tapi tentu saja, peran apapun, itu cukup penting baginya. Dan kami datang bukan untuk hal-hal yang seperti itu. KAmi ingin memberikan penghargaan atas jerih payahnya, tentu saja.
Azul, untuk kali ini, terpaksa tidka bisa diajak. Dia akan dijemput oleh bus sekolahnya jam 08.45. Nah tentu saja terlalu riskan kalau diajak. Dia tinggal dirumah bersama Najat, pembantu kami dari MAroko. Kapan-kapan, insya allah NAjat akan kami tampilkan dalam kolom khusus, insya allah.
Singkat cerita, sampailah kami disana, International School of Tripoli, yang dikelola oelh GEM’school. Disekolah yang bertambah besar dan semakin berkurang halamannya, karena bertumbuhan bangunan-bangunan tambahan lain. Assembly akan diselengarakan di Gym hall. Memang bagus bangunan ini. Luas dan lega. Sepatu dilepas, diganti oleh sepatu gym, sehingga lebih terjaga kebersihanannya.


KEtika acara dimulai, kami sempat bingung, karena setahu saya ada banyak anak baru dideretan kelas Naila. Olala, ternyata mereka digabung singing club. Lagu yang dinyanyikan adalah tentang warna, seluruhnya ada 4 lagu…. dan..untuk story time, yang baca buku adalah miss Oliver, sedang pemeran utama adalah miss Noella.. Ada saat-saat miss Noella memerankan monyet yang sedang mencampur-campur warna, menjadi warna lain. Anak-anak semua terpesona. Tapi sebenarnya, anak-anakpun mampu melakukan peran-peran ini, tentu saja dengan penyederhanaan. Ditambah waktu yang dihabiskan oleh story time, lebih dominant… maka peran anak-anak di pentas itu kurang begitu kelihatan. Tujuan utama untuk melatih kepercayaan diri anak dan mengeksplorasi kemampuan mereka tidak optimal. Jadi, ini pentas siapa???